Artinya: Dengan Isme Allah Ar Rahman yang Maha Penyayang Banyak terjemahan hanya mengartikan bismillah (بسم الله) “dengan menyebut nama Allah“ atau ada juga yang mengartikan “Dengan nama Allah” Di dalam Al Quran terdapat 15 pola kata dari kata “ism” (اسم) yaitu: اسم, بسم, اسمه, اسماء, اسمائه, اسمائهم, سمَّاكم, سمّيتموها, سمّيتها, ليسمّون, سمّوهم, تسمّى, تسمية, مسمّى, سميّا Ism (اسم) itu artinya nama, isme, sistem. Apabila kita mengartikan isma dengan arti umum yaitu nama, maka maknanya menjadi sempit dan tidak memberikan pengertian luas atas tujuan disebutkan kata itu. Contohnya penyebutan kata isma pada kisah Nabi Adam. Dan Dia mengajarkan Adam isme-isme segalanya, kemudian menghadapkan semua itu kepada para malaikat, lalu Dia berkata: "Beritakanlah kepada-Ku isme-isme itu semua jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Mereka berkata: "Maha Kuasa Engkau, tidak ada ilmu bagi kami melainkan apa yang Engkau telah ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau-lah Maha mengetahui lagi Maha Menghukum. Dia berkata: "Hai Adam, beritakanlah kepada mereka isme-isme itu semua". Maka tatkala dia memberitakan kepada mereka isme-isme semua itu, Dia berkata: "Bukankah Aku telah mengatakan kepadamu, sesungguhnya Aku mengetahui keghaiban langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?" QS. 2 ayat 31-33 Adam yang akan dijadikan khalifah (pengganti) dibekali oleh Allah dengan ilmu pengetahuan. Isme yang diajarkan kepada Adam bukanlah nama-nama benda melainkan system. Allah mengajarkan Adam segala system yang dibutuhkan untuk mengelola bumi. Itulah mengapa malaikat tidak pernah tahu akan hal itu dan tidak pernah diajarkan oleh Allah, karena mereka (para malaikat) memang tidak membutuhkannya. Tugas mereka hanyalah bertasbih dan mensucikan diri mereka di sisi Allah bukan sebagai pengolah bumi. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah dan selalu memperbuat apa yang Allah perintahkan QS. 66 ayat 6, 16 ayat 50. Adapun nama-nama tentang benda yang nanti Adam hadapi adalah Adam yang membuat sendiri nama-nama itu. Karena itulah nama-nama benda di bumi ini berbeda-beda sesuai dengan suku bangsa dan daerah. Kalau memang arti dari isma-isma itu hanya sekedar sebuah nama, berapa banyak benda di langit dan di bumi ini? Dalam enam masa Allah menciptakan semuanya. Coba fikirkan, berapa lama Allah harus mengajarkan Adam sebagai seorang manusia yang sifatnya pelupa (QS. 20 ayat 116)? Allah hanya mengajarkan kepada Adam garis besarnya saja atau system yang berhubungan dengan alam selebihnya dikembalikan kepada Adam sebagai manusia yang dalam satu istilah terkenal dalam ilmu filsafat manusia yaitu “hewan yang berfikir”. Itulah mengapa Al Qur’an hanya dijelaskan garis besarnya saja. Bukan karena Al Qur’an tidak sempurna atau tidak mampu menjelaskan, melainkan Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk memikirkan cara dia melaksanakan apa yang Allah perintahkan sesuai dengan kesanggupannya dan dengan tuntunan Al Qur’an tentunya. Karena itulah Al Qur’an disebut sebagai ism allah (اسم الله) atau Isme Allah atau system Allah. Isme atau system Allah (Al Qur’an) adalah Maha Sempurna: Maha Sempurna isme Rabb engkau yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. QS. 55 ayat 78 Al Quran adalah kebenaran yang pasti yang membuat orang-orang kafir menyesal berhadapan dengannya. Kita diperintahkan bergerak atau menggerakkan isme itu di dalam kehidupan kita setiap saat dengan kesungguhan kita (tekun) dalam rangka hablumminallah dan hablumminannaas. Suatu keberuntungan jika kita mampu membersihkan diri kita dengan mengingat isme-ismeNya. Membaca Al Qur’an adalah mempelajari isme atau system nya. Di antara ismenya yang harus dipikirkan adalah bagaimana Allah itu Maha Kuasa dengan ajaibnya menciptakan sesuatu di antaranya adalah penciptaan manusia dari segumpal darah, api yang dinyalakan dari kayu. Bukan itu saja, ciptaannya seperti nyamuk (QS. 2 ayat 26), lalat (QS. 22 ayat 73), laba-labapun (QS. 29 ayat 41) dijadikan tamsil buat kehidupan manusia. Kami menjadikannya tadzkirah (peringatan) dan sesuatu yang berguna bagi orang yang menetap. Maka gerakkan isme Rabb engkau Yang Maha Besar QS. 56 ayat 73-74 Sesungguhnya ini benar-benar suatu kebenaran yang yakin (pasti), maka gerakkan isme Rabb engkau Yang Maha Besar QS. 56 ayat 95-96 Dan sesungguhnya Al Qur’an benar-benar penyesalan atas orang-orang yang kafir, dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar kebenaran yang yakin (pasti), maka gerakkan isme Rabb engkau Yang Maha Besar QS. 69 ayat 50-52 Dang ingatlah isme Rabb engkau, dan tekunlah kepadanya dengan setekun-tekunnya. QS, 73 ayat 8 Dan ingatlah isme Rabb engkau pagi dan petang QS. 76 ayat 25 Gerakkan isme Rabb engkau Yang Maha Tinggi QS. 87 ayat 1 Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan diri dan dia mengingat isme Rabbnya lalu shalat QS. 87 ayat 14-15 Bacalah dengan isme Rabb engkau yang telah menciptakan. QS. 96 ayat 1 “SEBUTLAH NAMA ALLAH” ARTI YANG SESUNGGUHNYA ADALAH: INGATLAH/PELAJARILAH ISME ATAU SISTEM ALLAH Sebagai satu kecintaan kita, Allah bukanlah berhala-berhala zaman jahiliyah yang tuli, buta, dan tidak mampu berbuat apa-apa, yang untuk menyembahnya harus diteriak-teriakan sekeras-kerasnya di hadapan mereka. Allah itu Maha mendengar, Maha Melihat, dan Maha Kuasa. Tanpa bersuarapun, Dia mengetahui apa yang kita ucapkan walaupun belum diucapkan. Pernahkan kita berteriak-teriak setiap saat memanggil orang yang kita cintai, saat melamun sedang memikirkan dirinya? Sesekali bisa saja kita sebut namanya, saat kita menarik nafas panjang saat sedang rindu, sedih, gembira. Tapi tidak berteriak-teriak kan? Hanya cukup dengan suara yang halus itupun hanya sesekali tidak berkali-kali apalagi ditentukan jumlahnya. Dzikr adalah ingatan dan berdzikir adalah mengingat atau mempunyai ingatan atau dalam arti lain mempelajari dan ada juga yang artinya menyebut. Ketentuan berdzikr itu adalah melakukannya di dalam diri kita: Dan berdzikrlah kepada Rabb-engkau di dalam diri engkau dengan merendahkan diri dan rasa takut; tidak mengeraskan perkataan di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau menjadi orang-orang yang lalai. QS. 7 ayat 205 Berdzikr kepada Allah sama seperti berdzikr kepada bapak-bapak kita. Adakah orang-orang yang berteriak-teriak berkali-kali dengan jumlah tertentu saat dia sedang mengingat (berdzikr) kepada orangtuanya? Maka apabila kamu telah menyelesaikan ibadahmu maka berdzikrlah kepada Allah seperti dzikrmu kepada bapak-bapakmu atau lebih sangat dzikrnya. Maka di antara manusia ada yang berkata: “Ya Rabb kami, berikanlah kami di dunia” dan tidak adalah baginya sama sekali di akhirat. QS. 2 ayat 200 Makan adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat vital. Orang yang hidup harus makan. Mengenai kebutuhan ini, Allah memberikan kebebasan manusia untuk makan dengan cara bagaimanapun dia makan. Jadi jangan bertanya: Bagaimana cara makan berdasarkan Al Qur’an, dengan sendokkah atau dengan tangankah? Hanya orang-orang yang tidak berakal yang bertanya seperti ini. Meskipun kita dibebaskan memilih cara makan yang baik sesuai dengan keinginan kita atau sesuai dengan etika, Allah tetap mengatur ismenya atau sistemnya pada makanan yang harus dimakan oleh kita. Contoh perintah dan larangannya yang berhubungan dengan ismeNya adalah: Maka makanlah apa yang diingat isme Allah atasnya jika kamu adalah orang-orang yang beriman dengan ayat-ayatNya. QS. 6 ayat 118 Dan janganlah kamu makan apa yang tidak diingat isme Allah atasnya. Dan sesungguhnya itu adalah benar-benar kefasikan. Dan sesungguhnya syetan-syetan itu benar-benar mewahyukan kepada wali-wali mereka supaya mereka membantahmu. Dan jika kamu mentaati mereka sesungguhnya kamu benar-benar orang yang musyrik. QS. 6 ayat 121 Dua ayat di atas dan juga ada beberapa ayat yang lain (QS. 6 ayat 119, 138, 22 ayat 36) kebanyakan diartikan dan ditafsirkan tentang penyembelihan. Apakah salah? Tidak. Penyembelihan itu adalah bagian dari isme atau system yang Allah telah ajarkan dan itu disebut dengan kata"اهلّ" Pesan dari ayat di atas itu adalah jika kamu beriman dengan ayat-ayat Allah, maka makanlah apa saja yang telah dijelaskan di dalam Al Quran sebagai isme Allah yaitu halal dan baik dan hati-hati terhadap syetan. Jika kamu tidak sesuai dengan isme itu, maka kamu melakukan kefasikan dan kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Perhatikan ayat di bawah ini yang menjelaskan tentang isme atau system yang Allah ajarkan kepada kita di dalam Al Qur’an mengenai hal-hal yang berkenaan dengan makan. ISME ALLAH, AJARAN ALLAH, ATAU SYSTEM YANG ALLAH HARUSKAN KITA MENGINGAT ATAU MEMPELAJARINYA: 1. MAKAN YANG HALAL DAN BAIK dan JANGAN MENGIKUTI LANGKAH SYETAN Hai manusia, makanlah dari apa yang di bumi yang halal lagi baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang terang untukmu. QS. 2 ayat 168. 2. MAKAN DAN MINUM REZKI ALLAH dan JANGAN BERBUAT KERUSAKAN Dan (ingatlah) ketika Musa meminta minum untuk kaumnya, maka Kami berkata: “Pukullah batu itu dengan tongkat engkau!”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minum mereka. Makan dan minumlah rezki Allah dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan berbuat kerusakan. QS. 2 ayat 60 3. MAKAN YANG BAIK dan BERSYUKUR Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara yang baik yang telahAllah rezkikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu mengabdi kepada-Nya. QS. 2 ayat 172 4. MAKAN YANG HALAL DAN BAIK dan BERTAQWALAH Dan hendaklah kamu makan apa yang Allah telah rezkikan kepadamu yang halal dan baik, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman dengan-Nya. QS. 5 ayat 88 5 MAKANLAH SAAT BERBUAH, BERIKANLAH ZAKATNYA SAAT PANEN, danJANGAN BERLEBIH-LEBIHAN Dan Dia yang telah menciptakan jannah-jannah yang ber'arsy dan tidak ber'arsy, dan pohon-pohon kurma, dan tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya dan zaitun, dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Makanlah buahnya ketika dia berbuah dan berikanlah haknya (zakat) pada hari memetik (hasil) nya dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. QS. 6 ayat 141 6. JANGAN BERLEBIHAN Hai anak-anak Adam, ambillah perhiasanmu di sisi tiap-tiap masjid, makan dan minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Diatidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. QS. 7 ayat 31 7. GEMBALAKAN TERNAK-TERNAKMU (BERUSAHALAH DI MUKA BUMI/BEKERJA) Makanlah dan gembalakanlah ternak-ternakmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi yang mempunyai akal. QS. 20 ayat 54 8. MAKAN YANG BAIK YANG ALLAH REZKIKAN dan JANGAN MELAMPAUI BATAS Makanlah yang baik-baik apa yang telah Kami rezkikan kepadamu dan janganlah kamu melampaui batas padanya, maka kemurkaan-Ku menimpa atasmu. Dan siapa yang kemurkaan-Ku menimpa atasnya, maka sesungguhnya lenyaplah ia. QS. 20 ayat 81 9. BERILAH MAKAN ORANG YANG SUSAH LAGI FAKIR Supaya mereka menyaksikan manfaat-manfaat untuk mereka dan mengingat isme Allah pada hari-hari yang diketahui (ditentukan) atas apa yang telah Allah rezkikan kepada mereka di antara binatang ternak berkaki empat. Maka makanlah daripadanya dan berilah makan orang-orang yang susah, yang fakir. QS. 22 ayat 28 10. BERILAH MAKAN ORANG YANG MENERIMA APA ADANYA DAN ORANG YANG MEMINTA Dan badan (hewan) itu Kami telah menjadikannya untukmu di antara syi’ar-syi’ar Allah, untukmu ada kebaikan padanya. Maka ingatlah isme Allah atasnya ketika (hewan itu) berbaris, maka apabila ia telah dirobohkan, maka makanlah daripadanya dan berilah makan orang yang qona’ah dan orang yang meminta. Seperti itulah Kami telah menundukkannya untuk kamu, agar kamu bersyukur. QS. 22 ayat 36 11. MAKAN YANG BAIK dan BERAMAL SALEH Hai rasul makanlah dari yang baik-baik dan beramallah yang saleh. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu amalkan. QS. 23 ayat 51 Tidak salah kita mengartikan isma itu nama. Tetapi untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita agar hidup ini menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih sesuai dengan aturan yang Allah buat di dalam Al Qur’an, isma itu adalah isme yang artinya system kepercayaan berdasarkan Al Qur’an. Di samping Al Qur’an ada juga system kepercayaan yang menjadi tandingannya yang membuat kita tergolong orang yang musyrik dan suka membantah kesempurnaan Al Qur’an apabila kita juga ikut mempercayainya atau berpegang teguh dengannya yaitu isme-isme yang dibuat oleh bapak-bapak / nenek moyang yang tidak ada dasarnya di dalam isme Allah (Al Qur’an) Dia (Hud) berkata: “Sesungguhnya telah jatuh atas kamu kekotoran dan murka dari Rabb-mu”. Apakah kamu hendak membantahku tentang isme-isme yang kamu membuatnya, kamu dan bapak-bapakmu yang Allah tidak turunkan keterangan tentangnya? Maka hendaklah kamu tunggu sesungguhnya aku bersamamu di antara orang-orang yang menunggu QS. 11 ayat 71 Kamu tidaklah mengabdi selain-Nya melainkan isme-isme yang kamu dan bapak-bapakmu membuatnya apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya. Sesungguhnya hukum itu kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak mengabdi kecuali kepada-Nya. Itulah din yang lurus dan akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS. 12 ayat 40 Tidaklah ia melainkan isme-isme yang kamu dan bapak-bapakmu membuatnya apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya. Mereka tidaklah mengikuti melainkan prasangka dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu. Dan sesungguhnya benar-benar telah datang kepada mereka petunjuk dari Rabb mereka. QS. 53 ayat 23 Pembukaan pada postingan ini adalah: “Dengan Isme Allah Ar Rahman yang Maha Penyayang” Mengandung makna “Dengan isme atau system kepercayaan Allah (Al Qur’an), Allah mengajarkan Al Qur’an (Ar RahmanQS. 55 ayat 1) dan mengeluarkan manusia dari gelap kepada terang (Ar Rahiim QS. 57 ayat 9) Marilah kembali kepada Al Qur’an, untuk sama-sama mengingat dan menggerakkan isme Allah dan tinggalkanlah isme-isme selain daripadanya agar kita selamat dunia dan akhirat. Selamatlah atas orang yang mengikuti petunjuk QS. 20 ayat 46. Salam.بِسْم اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
INGATLAH/PELAJARILAH ISME ATAU SISTEM ALLAH SAAT KITA HENDAK MEMAKAN SESUATU
Print halaman ini
Selengkapnya...
Rabu, 13 April 2011
ISMA BUKAN HANYA “NAMA” TETAPI “ISME” ATAU SISTEM KEPERCAYAAN
Kamis, 02 Desember 2010
BENCANA-BENCANA DIJELASKAN DI DALAM AL QUR'AN
Dan Kami tidaklah mengajarkannya sya’ir itu dan syair itu tidaklah pantas baginya. Al Qur'an tidak lain adalah dzikr (peringatan) dan bacaan yang terang,
supaya dia memberi peringatan orang yang hidup dan telah pasti perkataan itu atas orang-orang yang kafir. QS.36 ayat 69-70
Al Qur’an yang Allah turunkan adalah sebuah kitab ajaib yang berisi pengetahuan-pengetahuan yang tidak terbatas waktu, dan itu membuktikan bahwa ia bukanlah diturunkan oleh manusia.
Segala sesuatu yang terjadi pada masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang tercantum di dalam Al Qur’an. Kita sebagai umat manusia diperintahkan untuk menjadikannya sebagai Bashair (pandangan hidup), Huda (petunjuk), rahmat (kasih sayang), bayan (penjelasan), dan maw’izhah (pengajaran) (QS. 45 ayat 20, QS. 3 ayat 138).
Ayat-ayat pada pembukaan di atas adalah ayat-ayat yang ada di surat Yasiin. Surat yang sangat dikenal oleh kalangan umat muslim. Sebahagian mereka banyak yang hafal karena sering dibaca setiap malam jumat atau dalam moment-moment tertentu dengan keyakinan bahwa bacaan itu akan mendatangkan fadhilah. Seperti sebuah syair, bacaan-bacaan yasin dikumandangkan beramai-ramai dengan suara yang merdu atau terkadang dengan suara yang tidak jelas. Meskipun demikian, tujuan mereka semua sama yaitu mengharap pahala dari bacaan tersebut tanpa perlu atau ingin mengetahui makna yang terkandung dalam surat itu.
Al Qur’an bukanlah sebuah syair dan Rasulullah tidak pernah diajarkan hal tersebut. Al Qur’an adalah sebuah zikr (peringatan) dari Allah buat manusia dan makna yang terkandung dalam bacaan sangat jelas dan menjelaskan. Hanya orang-orang yang hidup yang tertarik untuk mempelajari dan memahami peringatan yang terkandung di dalamnya sedangkan orang-orang yang kafir sudah pasti enggan mempelajarinya sehingga hukuman dari Allah datang.
Allah sangat menyayangi hamba-hambaNya. Semua yang terjadi adalah peringatan dari Allah yang bertujuan untuk menguji manusia apakah hatinya tunduk merendahkan diri di hadapan Allah dengan bertambah khusyu melaksanakan perintah-perintahNya, atau bertambah keras dengan menganggap bahwa itu adalah hal biasa yang juga pernah terjadi pada bapak-bapak mereka dahulu?
Apabila datang suatu bencana, dengan heran dan merasa dirinya sempurna berkata:”Apa kesalahan saya?” dan mulai mengungkit kebaikan-kebaikan yang dia kerjakan meskipun hanya di dalam hati. Akhirnya tanpa sadar, bencana-bencana yang seharusnya menjadi cambuk untuk introspeksi dan perbaikan diri, malah menjadi angin puting beliung yang sangat dahsyat yang menghancurkan segala amal kebaikan yang telah dikerjakan sampai ke akar-akarnya.
Kalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, tidak akan Dia tinggalkan satu manusiapun di atas bumi ini
Dan sekiranya Allah menghukum manusia karena kezhaliman mereka, Dia tidak akan meninggalkan atasnya yang melata (ada di bumi), dan akan tetapi Dia menangguhkanmu kepada batas waktu yang ditentukan. Maka apabila datang batas waktu mereka, mereka tidak dapat memundurkannya dan tidak dapat mendahulukannya. (QS. 16 ayat 61)
Kalau Allah menghukum manusia karena perbuatannya, tidak akan Dia tinggalkan satu manusiapun di atas bumi ini:
Dan sekiranya Allah menghukum manusia karena apa yang mereka perbuat, Dia tidak meninggalkan satu makhluk melatapun di atas permukaannya dan akan tetapi Dia mengakhirkan mereka sampai batas waktu yang ditentukan. Maka apabila datang batas waktu mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat dengan abdi-abdi-Nya. (QS. 35 ayat 45)
Yang Allah hukum dari kesalahan-kesalahan kita hanyalah sebahagian kecil sedangkan sebahagian banyaknya Allah maafkan
Telah nyata kerusakan di darat dan laut karena apa yang telah diperbuat oleh tangan-tangan manusia, supaya Dia merasakan kepada mereka sebahagian yang mereka telah kerjakan agar mereka kembali.
Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana keadaan akibat orang-orang yang sebelumnya. Adalah kebanyakan mereka orang-orang yang musyrik". QS. 30 ayat 41-42)
Dan musibah yang menimpamu, maka disebabkan apa yang tanganmu telah usahakan dan sebahagian besar Dia maafkan.
Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab) di muka bumi dan tidak ada untukmu selain Allah wali dan juga penolong. (QS. 42 ayat 30-31)
Semua yang terjadi adalah akibat kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Kemusyrikan-kemusyrikan yang terjadi baik sebelum bencana maupun sesudahnya terlihat pada ritual-ritual yang mereka ada-adakan dengan berpayung Islam dan menyebut-nyebut nama Allah namun pada hakekatnya bukan Allah yang mereka sembah melainkan para jin yang kerap menipu mereka bertahun-tahun. Berkali-kali Allah memperlihatkan rasa kasih sayangNya kepada hamba-hambaNya. Di antaranya adalah, Dia hanya menghukum sebahagian kecil dosa-dosa kita dan memaafkan begitu banyak sisanya agar kita mau menyadari kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, memohon ampun dan memperbaiki diri.
Salah satu contoh yang terjadi di Sinabung. Gunung Sinabung statusnya menjadi awas setelah ia mengeluarkan lava pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC). Tanggal 2/9/2010 warga sekitarnya mengadakan ritual tolak bencana. Dengan memberikan sesaji, mereka berdoa kepada arwah para leluhur yang mereka yakini sebagai penjaga Gunung Sinabung di Desa Sukanalu, Karo, Sumatera Utara, itu. Tidak berapa lama dari ritual itu, maka sinabung kembali beraktifitas Jumat (3/9/2010) dini hari pukul 04.50 WIB, Gunung Sinabung tersebut terasa mulai beraktivitas dan pukul 06:10 WIB Gunung tersebut kembali meletus bahkan lebih besar dari sebelumnya.
Pesan-pesan Al Qur’an:
Waktu sinabung meletus pertama kali
Jam 00.15 (Waktu Indonesia) adalah 24.15 atau surat 24 ayat 15
(ingatlah) ketika kamu menyampaikannya (berita itu) dengan lidah-lidahmu dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak ada ilmu untukmu tentangnya, dan kamu menyangkanya ringan, padahal ia di sisi Allah adalah besar. (QS. 24 ayat 15)
-->Kamu buat sesuatu tradisi ritual dari mulut ke mulut yang merupakan suatu kedustaan terhadap Allah dan kamu menyangkanya ringan padahal di sisi Allah itu hal yang besar
Jam 17.15 (waktu UTC) adalah surat 17 ayat 15
Siapa yang mengikuti petunjuk, maka dia hanyalah mengikuti petunjuk untuk dirinya. Dan siapa yang sesat, maka dia hanyalah sesat atas (diri) nya. Dan orang yang berdosa tidaklah dapat membantu dosa orang lain, dan Kami tidaklah mengazab, hingga Kami membangkitkan seorang rasul. (QS. 17 ayat 15)
--> Siapa yang menyadari (mendapat petunjuk), maka itu hanya buat dirinya sendiri dan dia tidak dapat membantu orang yang berdosa yang tersesat dari siksa Allah. Sebelum hukuman Allah itu datang, diutus dahulu kepada mereka seorang pemberi peringatan yang mengintakan mereka
Meletus kedua kalinya:
Jam 04.50 atau surat 04 ayat 50
Perhatikanlah, bagaimanakah mereka mengada-adakan dusta atas Allah. Dan cukuplah karenanya dosa yang terang. (QS. 04 ayat 50)
--> Karena warga Sinabung tidak mau menyadari kesalahan-kesalahan mereka malah menggelar kebohongan (ritual dengan sesajen), hal itu membuktikan kekerasan hati mereka, maka Allah menghukum mereka akibat dosa mereka yang nyata itu.
Jam 06.10 atau surat 06 ayat 10
Dan sesungguhnya benar-benar telah diperolok-olokkan rasul-rasul sebelum kamu maka turunlah kepada orang-orang di antara mereka yang merendahkan apa yang mereka perolok-olokkan. (QS. 06 ayat 10)
--> Mereka memperolok-olok peringatan Allah dan para pemberi peringatan, maka turunlah hukuman buat mereka.
Masyarakat Jogja umumnya Jawa tengah, sangat mengagungkan para wali yang sudah meninggal. Animisme dan dinamisme masih sangat kental sekali. Sultan serta keluarganya juga penembahan senopati hampir setara dengan Tuhan. Mereka sangat percaya bahwa makam-makam orang-orang yang saleh (para wali sanga, ulama, dan lain-lain) sangat keramat hingga mampu mengabulkan segala keinginan mereka terhadap Allah melalui mereka-mereka itu. Hingga suatu ketika Allah menegur mereka dengan sebuah gempa yang dahsyat pada tanggal 27 mei 2006 jam 05.55 selama 57 detik dengan korban jiwa 6234 dan kerugian yang dicapai adalah 27 trilyun.
Jam 05.55 atau surat 05 ayat 55
Sesungguhnya wali kamu adalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat memberikan zakat, dan mereka ruku’ (QS. 5 ayat 55)
--> Yang menjadi wali bukan kuburan, tetapi Allah, Rasul, dan orang yang beriman yang mendirikan shalat, zakat, dan menundukkan diri terhadap Allah. Intinya kalau kita memohon sesuatu, bermohonlah kepada Allah dengan cara shalat, zakat, dan merendahkan diri terhadapNya.
Durasi gempa hanya 57 detik dengan kerugian 29 trilyun. Itu sama dengan surat 57 yang mempunyai ayat sebanyak 29 ayat. Korban yang berjumlah 6234 itu hampir setara dengan jumlah ayat-ayat Al Quran 6236 dan hanya kurang dua.
Masyarakat mentawai tinggal di pinggir laut. Seperti halnya daerah-daerah lain yang tinggal di pinggir laut, masyarakat Mentawai kerap kali melakukan upacara ritual untuk menyembah roh laut. Bagi masyarakat Mentawai, animisme telah menjadi ritual yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Satu di antara upacara kepercayaan itu diberi nama Pangureikan, atau upacara permohonan berkah untuk menjauhkan penyakit dan bencana. Pangureikan adalah memohon kepada Saukkuita, sang roh baik yang dipercaya dapat mengatur bumi, melindungi seluruh anggota keluarga, dan menjauhkannya dari segala penyakit. Sikerei adalah pemimpin ritual mereka.
Beberapa ekor babi dan ayam dipotong dengan cara yang khas untuk sesajian Sikerei. Tak hanya itu, sebagian daging babi dan ayam juga dibagi secara merata kepada tetangga dan sanak saudara. Dengan begitu, mereka percaya bahwa Saukkuita telah melindungi masyarakat Mentawai.
Suatu ketika tanggal 25 Oktober 2010 jam 21.42 terjadi gempa yang menimbulkan Tsunami. Kalau saat itu mereka melihat Al Qur’an mereka akan menyadari bahwa tak ada satupun yang bisa meloloskan diri dari hukuman Allah.
Jam 21.42 atau surat 21 ayat 42
Katakanlah: “Siapa yang menanggungmu waktu malam dan siang dari Yang Maha Baik?” Sebenarnya mereka berpaling dari peringatan Rabb mereka, QS. 21 ayat 42)
--> Allah bertanya kepada manusia, siapa yang dapat menyelamatkan dari hukuman Allah yang datang pada waktu malam atau siang? Sayangnya manusia berpaling dari peringatan Allah. Menganggap suatu hal biasa yang sering/pernah terjadi
Gunung merapi meletus
Tanggal 15 mei 2006 Merapi meletus.
Sebelumnya karena kuatir merapi meletus, Warga Dukuh Stabelan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, menggelar ritual sega gunung. Ritual menyajikan makanan berupa nasi jagung dengan lauk urap daun krokot diyakini menjadi kegemaran Mbah Petruk, penunggu kawasan Merapi. Warga menunggu isyarat dari Mbah Petruk sebelum memutuskan mengungsi. "Belum ada warga yang menerima isyarat," kata Tasmo, warga Stabelan, Rabu petang.
Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan sejak Kamis malam hingga Jumat (19 mei 2006) dini hari melakukan ritual laku lampah mbisu (berjalan tanpa berbicara atau membisu) mengelilingi wilayah Pedukuhan Kinahrejo, Dusun Pelemsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk keselamatan warga dari bencana Merapi.
Sebelum kegiatan ritual itu dimulai, dilakukan pembacaan Surat Yasin di Masjid Al Amin Pedukuhan Kinahrejo. Selain Mbah Maridjan, kegiatan di masjid ini juga diikuti sejumlah warga setempat. Pembacaan Surat Yasin berlangung selama satu jam, dimulai sekitar pukul 21.00 WIB.
Menurut Lurah Desa Umbulharjo Bejo Mulyono, kegiatan ritual tersebut biasa dilakukan Mbah Marijdan pada setiap malam Jumat. Ia mengatakan laku lampah mbisu ini akan dilakukan terus setiap malam Jumat hingga kondisi atau aktivitas Merapi dirasa aman. Akhirnya merapi tenang mbah marijanpun menjadi terkenal dan diminta untuk menjadi iklan kuku bima sebagai seorang lelaki perkasa.
Setelah kejadian itu masyarakat lereng merapi sangat mempercayai mbah marijan dan tidak menghentikan ritual-ritual kemusyrikan mereka hingga akhirnya Allah menghukum mereka. Tanggal 26 Oktober 2010 pukul 17.02 merapi meletus.
Jam 17.02 atau surat 17 ayat 2
Dan Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa, dan Kami telah menjadikannya (Kitab itu) petunjuk untuk Bani Israil: “Janganlah kamu mengambil selain-Ku sebagai wakil”, (QS. 17 ayat 2)
--> Pesan dari ayat itu adalah Kitab Al Qur’an adalah petunjuk yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah bukannya tradisi-tradisi berupa ritual-ritual sesat dan jangan manjadikan selain Allah sebagai Tuhan yang kita yakini akan menjadi pelindung dan penjaga hidup kita.
Masih banyak lagi bencana-bencana terjadi yang dapat dikaji berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an yang intinya merupakan pesan dari Allah agar kita meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada Al Qur’an. Allah tidak akan pernah zhalim kepada hamba-hamba-Nya. Bencana-bencana yang terjadi adalah akibat dosa-dosa yang kita perbuat
Maka masing-masing Kami hukum karena dosa-dosanya. Maka dari mereka ada yang Kami utus atasnya hujan kerikil, dan dari mereka ada yang disiksa dengan suara yang keras dan dari mereka ada yang Kami benamkan bumi dengannya dan dari mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan tiadalah Allah akan menzhalimi mereka dan akan tetapi mereka adalah mereka orang-orang yang zhalim kepada diri mereka sendiri. (QS. 29 ayat 40)
Berdasarkan ayat di atas, ada empat hukuman Allah akibat dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia yaitu:
1. Hujan pasir, batu kerikil (gunung meletus)
2. Ledakan keras (Tabung gas, meteor, bom)
3. Tanah longsor, gempa, amblas)
4. Banjir
Perhatikan ayat di atas 29 ayat 40 (2940, 29-4)
Asteroid adalah salah satu benda angkasa yang sangat berbahaya buat atmosfir bumi, bertabrakan dengan asteroid di angkasa luar akan mengganggu atmosfir. Salah satu nama asteroid adalah 2940 Bacon
29-4 atau tanggal 29-4-2010 terjadi banjir di kabupaten samosir dan Madiun
29-4 atau tanggal 29-4-2009 terjadi ledakan di duren sawit yaitu meteor jatuh
29-4 atau tanggal 29-4-2010 Ledakan gas di Makasar
29-4 atau tanggal 29-4 terjadi gempa 7,2 di Australia (1941), 6,5 di Washington (1965) yang merupakan gempa kedua terbesar dalam sejarah Washington, 6,1 di Italia (1984), dan 5,3 di Arizona (1993)
29-4 atau tanggal 29-4-1999 Colorado banjir.
WEDUS GEMBEL
Wedus gembel yang dianggap sepele ternyata Al Qur’an menjelaskan keberadaannya berupa awan panas yang turun dari bukit-bukit yang menghancurkan apa saja yang dia lewati (QS. 46 ayat 23-28).
Kejadian merapi hanyalah sebahagian kecil bencana-bencana yang terjadi mengelilingi ibukota sebelum nanti datang menimpa ibukotanya sendiri yaitu Jakarta. Ibukota yang penuh dengan gemerlapan dan kemewahan kelak Allah akan benamkan bersama kemegahannya seperti Qarun.
Belum lama ini fenomena alam amblasnya terlihat di jalan Kota Bandung pada tanggal 26 November lalu dan membentuk sebuah sinkhole yang sebelumnya juga terjadi di china dan Guetamala.
Begitupun kabar akan amblasnya (tenggelam) tanah di Jakarta sudah disadari oleh semua instansi yang terkait dengan itu. Banyak sekali bukti-buktinya yang terlihat di antaranya daerah utara semakin sering banjir dengan tinggi yang meningkat tidak seperti biasanya. Bahkan setelah dipelajari ternyata tanah di Jakarta itu selama 8 tahun (2002-2010) amblas sebanyak 1,6 meter. Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta menyebutkan beberapa faktor penyebabnya yaitu:
1. Pengambilan air tanah berlebihan
2. Eksploitasi minyak dan gas
3. Beban bangunan
4. Konsolidasi alamiah lapisan tanah
Yang sangat signifikan yaitu pengambilan air tanah berlebihan. Air sangat penting buat kehidupan seperti juga oksigen. Tanpa air dan oksigen orang akan mati. Bahkan air juga harus mengandung oksigen.
Karena terlalu berlebihan kita mengambil air tanah menyebabkan permukaan tanah semakin amblas. Namun menurut Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta pengambilan air tanah yang berlebihan hanya 17,5 % faktor penyebab amblasnya tanah. Apakah ada hubungannya dengan Al Qur’an penjelasan mereka itu? Tidak. Mereka berdasarkan ilmu pengetahuan pertanahan. Namun ajaibnya, Al Qur’an bisa menjelaskan hal itu/
Oksigen sebagai zat yang sangat Vital buat kehidupan mempunyai nomor atom 8. Oksigen di atmosfir hanya 1/5 atau 20%, yang lainnya adalah gas beracun. Dan kalau kita kaji di dalam Al Qur’an dengan nomor surat angka 8 atau Al Anfaal ternyata menjelaskan tentang 1/5 atau 20% yaitu pada ayat 41. Bunyi ayat tersebut
Dan ketahuilah, sesungguhnya keuntunganmu dari apapun, maka sesungguhnya untuk Allah seperlimanya dan untuk Rasul, kerabat, anak-anak yatim, miskin, dan ibnu sabil, jika kamu beriman dengan Allah dan apa yang Kami turunkan atas abdi Kami pada hari Furqan, hari bertemunya dua kumpulan. Dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. 8 ayat 41)
Ayat di atas awalnya adalah pembagian ghanimah (harta rampasan perang), dan ternyata penerapannya pada saat sekarang adalah berkenaan dengan zakat karena arti ghanimah itu bukan Cuma rampasan perang melainkan juga kambing, keuntungan, kekayaan. Maka berdasarkan Al Qur’an, zakat harus dikeluarkan sebesar 1/5 atau 20%. Kalau berkurang dari itu, sama halnya kita akan kekurangan oksigen seperti tanah yang kehilangan air dan oksigen. Selama ini kita hanya mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dan merasa sudah cukup melakukan pembersihan harta dengan jumlah itu. Apabila kita hitung, maka 20 % - 2,5 % = 17,5 %. Berarti zakat kita sesuai dengan peraturan Allah (Al Qur’an) masih kurang 17,5 %. Bukankah itu setara dengan pengambilan air tanah secara berlebihan dan menyebabkan tanah akan amblas?
Tanggal 29 November yang lalu terjadi gempa di saumlaki (Maluku) jam 02.45 di 6.60 LS dan menyusul jam 17.27 di 8.41 LS dengan 5.4 skala richter. Apabila kita mau kaitkan dengan pesan Allah di dalam AL Qur'an maka:
Jam 02.45 atau surat 2 ayat 45 di 6.60 LS atau surat 6 ayat 60
Dan minta tolonglah kamu dengan (tetap) sabar dan shalat. Dan sesungguhnya itu sangat berat kecuali atas orang-orang yang khusyu’. (QS. 2 ayat 45)
Dan Dia yang telah menidurkanmu di waktu malam dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di waktu siang kemudian Dia membangkitkan kamu padanya untuk disempurnakan hingga batas waktu yang telah ditentukan. Kemudian kepada-Nya tempat kembalimu, kemudian Dia memberitakan kepadamu dengan apa yang kamu kerjakan. (QS. 6 ayat 60)
--> Minta tolonglah kamu kepada Allah karena Allah Yang Maha Kuasa melakukan apapun terhadap hamba-hamba-Nya
Jam 17.27 atau surat 17 ayat 27 di 8.41 LS atau surat 8 ayat 41
Sesungguhnya orang yang mubazir, mereka adalah saudara-saudara syetan. Dan adalah syetan itu kafir kepada Rabb-nya. (QS. 17 ayat 27)
Dan ketahuilah, sesungguhnya keuntunganmu dari apapun, maka sesungguhnya untuk Allah seperlimanya dan untuk Rasul, kerabat, anak-anak yatim, miskin, dan ibnu sabil, jika kamu beriman dengan Allah dan apa yang Kami turunkan atas abdi Kami pada hari Furqan, hari bertemunya dua kumpulan. Dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. 8 ayat 41)
--> Apa yang kita keluarkan untuk amal saleh seperti infak, sedekah, dan zakat pada hakekatnya adalah buat diri kita sendiri dan itulah harta kita yang kelak akan tersisa. Sedangkan apa yang kita belanjakan untuk kebutuhan kita seperti makan, minum, dan perhiasan adalah untuk kesenangan hidup kita di dunia dan habis untuk saat itu dan tidak akan kita bawa nanti ke akhirat. Apabila harta yang Allah berikan sebagai rezki buat kita dan kebanyakan hanya digunakan untuk kebutuhan dunia kita, maka pada hakekatnya itu adalah pemborosan. Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena kita habiskan untuk sesuatu yang tidak berguna buat kita kelak di akhir sebagai bekal untuk kehidupan yang abadi. Apabila kita mau mengikuti aturan Allah dan tidak mau disebut boros, maka keluarkan 1/5 atau 20% harta kita untuk zakat atau bersedekah.
Jakarta sebagai umulqura akan mendapatkan gilirannya nanti apabila semua orang-orang yang hidup mewah atau berkecukupan tidak menyadari kekeliruannya dalam mengeluarkan zakat. Atau menganggap setelah mengeluarkan 2.5% sudah cukup untuk berbuat baik terhadap sesama.
Inilah salah satu cara untuk mengatasi supaya tanah yang kita pijak di Jakarta ini tidak amblas seperti Qarun, yaitu rubahlah cara zakat kita dari 2,5% menjadi 20% dan lakukan dengan ikhlas. Pasti Allah akan melindungi ibukota tercinta ini dari segala bencana-bencana yang kelak akan terjadi seperti tenggelam/amblas.
Bagilah cinta kasih terhadap sesama manusia dengan zakat kita dan hargai serta hormatilah juga alam ini dengan menjaga kelestariannya karena semua yang di alam ini adalah hidup dan bertasbih kepada Allah.
Apabila terjadi bencana yang datang secara mendadak, hanya orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dan mengingatkan saudaranya untuk berbuat kebaikan yang kelak akan selamat. Yang lainnya Allah akan binasakan QS. 11 ayat 116-117. QS. 10 ayat 103
Bacalah Al Qur'an, pelajarilah isinya, laksanakanlah semua perintah-perintah Allah di dalamnya, dan ikhlaslah melakukannya!
Print halaman ini
Minggu, 31 Januari 2010
JANNAH (SURGA) DI DALAM AL QUR'AN
Tempat terindah yang sangat didambakan oleh segenap insan adalah jannah (surga). Bahkan ada sebahagian orang yang ingin menciptakan tempat paling indah di dunia ini yang mereka namakan dengan surga atau surga dunia.
Keinginan yang sangat untuk masuk ke jannah (surga) di jelaskan di dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan mereka berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk jannah kecuali orang yang menjadi Yahudi atau Nasrani.” Itulah angan-angan mereka. Katakanlah: “Tunjukkanlah buktimu jika kamu orang-orang yang benar” (QS. 2 ayat 111)
Maka mengapakah orang-orang yang kafir bersegera ke arah engkau, dari kanan dan dari kiri berkelompok? Apakah setiap orang dari mereka berharap untuk masuk jannah yang penuh kenikmatan? (QS. 70 ayat 36-38)
Jannah (surga) yang mereka inginkan adalah suatu tempat akhir yang penuh dengan kesenangan abadi. Tidak ada kesusahan, penderitaan, kepanasan, kedinginan, dan segala macam keadaan yang tidak diinginkan oleh manusia. Siang dan malam mereka hanya berhadapan dengan kesenangan dan kebahagiaan. Hanya orang-orang bodoh yang tidak ingin masuk ke sana. Keinginan untuk masuk ke dalam jannah itu diungkapkan oleh semua manusia dengan berbagai permintaan secara langsung atau hanya melalui angan-angan. Bahkan kebanyakan mereka yakin bahwa hanya dengan berdoa/meminta, mereka akan bisa masuk jannah. Apakah begitu mudahnya masuk ke tempat yang penuh dengan kesenangan abadi itu yang luasnya seluas langit dan bumi?
APAKAH JANNAH ITU?
Jannah lebih dikenal di kalangan muslim pada umunya dengan nama surga. Jannah bentuk mufrad dan jamaknya jannaanun dan jannaatun. Jannah artinya al hadiiqatu dzaatusy syajar atau kebun/taman. Jadi, surga adalah sebuah taman atau kebun.
Melihat artinya, kita akan menggambarkan bahwa surga adalah sebuah kebun, tempat yang penuh dengan pohon-pohonan dan buah-buahan. Atau sebuah taman, maka kita akan memberikan hiasan tambahan yaitu: lampu-lampu jalan, bangku-bangku panjang, taman bermain, dan lain-lain. Ya seperti itulah keadaan surga yang kelak akan kita masuki. Sebuah taman dan kebun yang disediakan oleh Tuhan penuh dengan fasilitas buat seluruh manusia yang selama hidup di dunia mau berbakti kepada-Nya. Di dunia ini, apabila fasilitas yang disediakan sudah tidak bertaraf asal-asalan, maka masuk ke sana tidak lagi gratis contohnya taman buah mekarsari atau taman bunga wiladatika atau taman-taman lainnya.
Surga yang kelak menjadi tempat terakhir manusia dirancang oleh Tuhan sebegitu hebatnya, mempunyai kesenangan yang tidak ada bandingannya di alam ini, dan tidak asal-asalan. Lalu mengapa kita menganggap surga yang dibuat Tuhan itu asal-asalan, dengan beranggapan bahwa masuk kesana itu mudah. Asalkan rajin meminta (berdoa), asalkan banyak menyebut namanya (berzikr), dan asalkan banyak mengirim rahmat (shalawat) kepada yang mempromosikannya (Rasulullah Muhammad)? Kalau memang seperti itu, kasihan sekali orang-orang yang patuh beribadah yang setiap saat melakukan amal kebaikan (infak, shadaqah, dan lain-lain) mengharap pahala dan ampunan harus sama kedudukannya dengan orang-orang yang setiap saat hanya bergantung pada prasangka dan angan-angan.
Dan perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka karena mencari ridha Allah dan peneguhan dari dalam diri mereka, seperti sebuah kebun di tanah tinggi yang hujan lebat menimpanya, lalu memberikan makanannya dua kali lipat. Jika tidak ada hujan lebat maka ada hujan gerimis. Dan Allah mengetahui dengan apa yang kamu kerjakan. (QS. 2 ayat 265)
Apakah berkeinginan salah seorang dari kamu bahwa ada untuknya sebuah kebun kurma dan anggur yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai; untuknya di dalamnya dari setiap buah-buahan, dan masa tua menimpanya dan baginya keturunan yang lemah. Lalu kebun itu ditimpa suatu pusaran angin yang di dalamnya ada api, maka terbakarlah. Seperti itulah Allah menerangkan untukmu ayat-ayat agar kamu berfikir. (QS. 2 ayat 266)
atau ada bagimu sebuah kebun kurma dan anggur, lalu dipancarkan sungai-sungai di celah-celahnya dengan pancaran yang keras. (QS. 17 ayat 91)
Sesungguhnya Kami telah menguji mereka sebagaimana Kami telah menguji pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka benar-benar akan memetiknya di waktu shubuh, (QS. 68 ayat 17)
Dan mengapa ketika engkau masuk kebun engkau, engkau tidak mengatakan: “Apa yang Allah mau, tidak ada kekuatan melainkan karena Allah”, jika engkau melihat aku lebih sedikit harta dan anak dari engkau, (QS. 18 ayat 39)
Maka mungkin saja Rabbku akan memberikanku yang lebih baik dari kebun engkau dan mengutus perhitungan atasnya dari langit, lalu jadilah dia sebuah tanah yang licin. (QS. 18 ayat 40)
Dan dia masuk ke kebunnya dan dia zhalim untuk dirinya, ia berkata: “Aku tidaklah menyangka bahwa (surga) ini akan binasa selama-lamanya, (QS. 18 ayat 35)
Sesungguhnya benar-benar ada untuk kaum Saba' pada tempat tinggal mereka suatu ayat. Dua kebun dari sebelah kanan dan sebelah kiri. Makanlah dari rezki Rabbmu dan bersyukurlah kepada-Nya. Negeri yang baik dan Rabb yang Maha Pengampun. (QS. 34 ayat 15)
Dan masih banyak ayat-ayat yang lain yang mengatakan bahwa arti lain jannah adalah kebun. Diantaranya: QS. 18 ayat 32, QS. 34 ayat 16, QS. 6 ayat 99, QS. 6 ayat 141, QS. 13 ayat 4, QS. 23 ayat 19, QS. 25 ayat 8, QS. 26 ayat 57, 134, 147, QS. 36 ayat 34, QS. 44 ayat 25, QS. 50 ayat 9, QS. 71 ayat 12, QS. 78 ayat 16.
Pada solar system kita ditemukan ada 11 buah planet. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan 3 buah planet katai (dwarf planet) yaitu: Ceres, Pluto, dan Eris. Jumlah ini sesuai dengan ayat Al Qur'an:
Ketika Yusuf berkata kepada bapaknya: “Hai bapakku, sesungguhnya aku (mimpi) melihat sebelas planet, matahari dan bulan. Aku melihat mereka bersujud kepadaku.” (QS. 12 ayat 4)
Bumi atau sebutan lainnya 'Ardl (Arab) atau earth (inggris) disebut di dalam Al Qur'an sebanyak 463 kali. Dan di antara 11 planet itu, hanya bumilah yang ada kehidupan. Seperti yang dijelaskan pula di dalam Al Qur'an:
Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan Kami menjadikan kehidupan-kehidupan untukmu di dalamnya. Sedikit sekali kamu yang bersyukur. (QS. 7 ayat 10)
Dan bumi yang Kami telah bentangkannya dan Kami menancapkan di dalamnya gunung-gunung dan Kami telah menumbuhkan di dalamnya dari setiap sesuatu yang ditimbang. Dan Kami telah menjadikan untukmu kehidupan-kehidupan di dalamnya dan apa yang sekali-kali bukan kamu yang memberi rezki kepadanya. (QS. 15 ayat 19-20)
Hanya planet bumi yang terdapat kehidupan secara ilmiah dapat dibuktikan dilihat dari dua hal yaitu suhu dan atmosfir. Hal itu disebabkan jarak yang ideal antara bumi dengan matahari dibandingkan jarak planet-planet lainnya. Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, menunjukkan keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka menyatakan, “kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2 persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari.”
Manusia mengalami dua kali kematian dan dua kali kehidupan (QS. 2 ayat 28, QS. 40 ayat 11).
Kematian yang pertama, dia belum berbentuk sesuatu yang dapat disebut dan tidak bernyawa.
Kematian yang kedua, dia dicabut nyawanya.
Kehidupan yang pertama, dia diberikan nyawa.
Kehidupan yang kedua, dia dibangkitkan.
Proses kehidupan dan kematian manusia itu terjadi di bumi. Bukan di planet lain atau di langit.
Dia berkata: “Pindahlah kamu berdua, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan untukmu di bumi itu tempat tetap dan kesenangan hingga waktunya”. Dia berkata: “Di dalamnya kamu hidup dan di dalamnya kamu mati, dan daripadanya kamu akan dikeluarkan”. (QS. 7 ayat 25)
Apabila kehidupan, kematian, dan kebangkitan terjadi di bumi, maka itu artinya tempat yang kelak akan Allah jadikan sebagai alam akhir nanti dimana siksaan dan kesenangan abadi menunggu manusia adanya di bumi yang hari ini kita pijak. Bagaimana Al Qur'an menjelaskan hal itu?
Pada hari sa'at (Qiamat) nanti, Allah akan menghancurkan alam ini termasuk bumi. Bumi Allah akan porak-porandakan dengan bencana-bencana alam seperti gempa, angin puting beliung, hujan meteor, dan banjir sehingga bumi ini menjadi rata, terbakar, dan kosong.
Keterangan pertama:
Apabila matahari itu digulung, dan apabila bintang-bintang itu jatuh berguguran, dan apabila gunung-gunung itu dijalankan, dan apabila unta-unta bunting ditinggalkan, dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dibakar, dan apabila jiwa-jiwa dipasangkan, dan apabila yang ditanam hidup-hidup ditanya, dengan kesalahan apa mereka dibunuh?, dan apabila lembaran-lembaran itu dibuka, apabila langit itu dikupas, dan apabila Jahim dinyalakan, dan apabila surga dihampirkan, setiap jiwa mengetahui apa yang telah dia hadirkan. (QS. 81 ayat 1-14)
Di ayat tersebut di atas menjelaskan:
1. Matahari yang hancur
2. Meteor-meteor berjatuhan
3. Gunung-gunung meletus (api) atau meleleh (es)
4. Semua harta yang paling berharga (unta-unta bunting) ditinggalkan
5. Semua binatang-binatang liar berkumpul di suatu tempat menandakan akan terjadinya bencana
6. Lautan suhunya naik menjadi panas dan meluap
7. Manusia-manusia dibangkitkan
8. Saksi-saksi dihadirkan (termasuk anak-anak perempuan yang dibunuh pada zaman jahiliyah)
9. Catatan amal diperlihatkan
10. Alam terang benderang
11. Jahim (neraka) dinyalakan
12. Surga dihampirkan.
Proses kejadian di atas itu terjadi di muka bumi yang dimulai dengan kehancuran alam semesta yang efeknya menimpa bumi, sampai akhirnya dinyalakan neraka dan dihampirkan surga.
Keterangan kedua:
Apabila bumi itu diguncangkan dengan keguncangannya, dan bumi itu mengeluarkan beban-bebannya, dan manusia berkata: "Mengapa dia?" pada hari itu bumi menceritakan kabarnya, dengan sesungguhnya Rabb engkau telah mewahyukan kepadanya. Pada hari itu manusia berangkat dengan keadaan berbeda-beda untuk diperlihatkan amal-amal mereka. Maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, dia akan melihatnya, dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, dia akan melihatnya. (QS. 99 ayat 1-8)
Pada hari sa'at (kiamat) nanti, bumi mengalami keguncangan dahsyat dan semua isi di dalamnya berhamburan keluar. Bisa kita bayangkan bagaimana berantakannya bumi dan keadaan manusia di atas permukaannya pada hari itu. Setelah itu manusia bangkit dalam keadaan yang bermacam-macam untuk melihat amal perbuatannya. Setelah bumi itu hancur menjadi rata, semua manusia dibangkitkan kembali hari itu di tempat yang sama dengan keadaan bumi yang berbeda.
Keterangan ketiga:
Apabila langit itu pecah, dan langit mengizinkan Rabbnya dan sudah semestinya ia. Dan apabila bumi itu diratakan, dan ia melemparkan apa yang di dalamnya dan ia menjadi kosong, dan bumi mengizinkan Rabbnya dan sudah semestinya ia. Hai manusia, sesungguhnya engkau yang bekerja keras kepada Rabb engkau, maka akan menemui-Nya. Maka adapun orang yang menerima kitabnya di sebelah kanannya, maka kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya dengan gembira. Dan adapun orang yang diberikan kitabnya di sebelah punggungnya, maka kelak dia akan menyeru suatu kebinasaan, dan dia akan memasuki neraka yang menyala. (QS. 84 ayat 1-12)
Langit menjadi pecah (atmosfir berantakan) dan bumi diratakan. Bumi melemparkan semua yang di dalam maupun di atas permukaanya, lalu ia menjadi kosong. Setelah itu terjadilah kebangkitan. Manusia dihadapkan kepada penghisaban amalnya masing-masing. Di hadapan mereka menanti surga dan neraka.
Keterangan keempat:
Dan mereka bertanya kepada engkau tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “Rabb-ku akan menghamburkannya dengan sehambur-hamburnya, lalu Dia akan membiarkannya menjadi tanah rata juga hampa, Pada hari itu mereka mengikuti seorang penyeru tidak ada yang bengkok bagi (seruan) nya, dan khusyu suara-suara bagi Yang Maha Baik, maka tidaklah kamu mendengar melainkan bisikan. (QS. 20 ayat 105-108)
Gunung-gunung akan Allah hancurleburkan menjadi rata dan hampa. Setelah itu segalanya menjadi sepi. Hanya bisikan-bisikan orang yang kebingungan saat mereka dibangkitkan..
Keterangan kelima:
Dan mereka tidak mengukur Allah sebenar-benar ukuran-Nya padahal bumi semuanya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit akan dilipat dengan tangan kanan-Nya. Maha Kuasa Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dan ditiup sangkakala, maka pingsanlah siapa yang di langit dan siapa yang di bumi kecuali siapa yang Allah mau. Kemudian ia ditiup sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu. Dan menjadi terang bumi itu dengan cahaya Rabb-nya dan dilahirkan (dibuka) isi Kitab itu dan didatangkan nabi-nabi dan syuhada dan diselesaikan di antara mereka dengan kebenaran dan mereka tidak akan dizhalimi. Dan disempurnakan tiap-tiap diri apa yang telah dia amalkan dan Dia lebih mengetahui dengan apa yang mereka kerjakan. Dan orang-orang yang kafir dihalau ke neraka Jahanam dengan berombong-rombong. Sehingga apabila mereka datang kepadanya, dibukakanlah pintu-pintunya dan berkata kepada mereka yang menjaganya: “Bukankah telah datang kepadamu rasul-rasul di antara kamu yang membacakan atas kamu ayat-ayat Rabb-mu dan memberi peringatan kepadamu pertemuan harimu ini”. Mereka berkata: “Sebenarnya ya”, dan akan tetapi telah tetap kalimat azab itu atas orang-orang yang kafir. Dikatakan: “Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam yang kekal di dalamnya”. Maka seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang sombong. Dan di halau orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka ke jannah dengan berombong-rombong. Sehingga apabila mereka mendatanginya dan dibukakan pintu-pintunya dan berkata kepada mereka yang menjaganya: “Salam atas kamu, baik-baiklah kamu, maka masukilah ia dengan kekal”. Dan mereka berkata: “Puji itu bagi Allah yang telah membenarkan kepada kami janji-Nya dan telah mewariskan kepada kami bumi yang kami tempati dari jannah itu di mana saja kami mau. Maka sebaik-baik balasan orang-orang yang beramal. Dan engkau melihat malaikat-malaikat itu melingkar di sekeliling ‘arsy, mereka bertasbih dengan memuji Rabb-nya; dan diselesaikan di antara mereka dengan kebenaran dan dikatakan: “Puji itu bagi Allah, Rabb semua mahluk”. (QS. 39 ayat 67-75)
Di tiup sangkakala yang pertama semua mahluk mati kecuali para malaikat. Ditiup yang kedua kali, semua manusia bangkit dan menunggu keputusan. Kemudian bumi menjadi terang, dibangkitkan para saksi, dihitung amal perbuatan, lalu di hadapan mereka ada neraka dan surga.
Di situ jelas sekali bahwa bumi setelah porak-poranda dan gelap gulita tiba-tiba menjadi terang dan terlihat rata. Dan perkataan orang-orang jannah yang memuji Allah karena telah memberikan bumi yang berisi jannah.
Keterangan keenam:
Pada hari bumi itu diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit. Dan mereka keluar kepada Allah yang Maha Satu lagi Maha Kuasa. Dan engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu mereka dibelenggu dengan rantai. (QS. 14 ayat 48)
Pada hari kiamat keadaan bumi diganti dengan keadaan lain, begitu juga langit. Bumi yang kita pijak adalah bumi yang sama dan langit yang di atas kita adalah langit yang sama. Hanya saja bumi pada hari akhir nanti setelah digusur hebat akan diganti keadaannya dan langit akan dikupas menjadi lebih terang bukan karena panas matahari, tetapi dengan cahaya Allah.
Berdasarkan beberapa keterangan ayat di atas, jelas bagi kita bahwa jannah dan naar (neraka) bukan di langit atau tempat lain, tetapi ada di bumi yang sekarang kita pijak. Tetapi keadaannya tidak seperti sekarang, banyak gedung-gedung, manusia, serta kehidupan-kehidupan lainnya. Keadaan bumi nanti setelah diratakan seperti sebuah tanah lapang yang sepi dan terang dengan cahaya yang tidak bisa digambarkan terangnya, tapi tidak panas dan menyengat seperti matahari. Pada hari itu tidak ada kebisingan, hanya suara bisikan-bisikan orang-orang yang berharap cemas menanti hisab. Kemudian neraka dinyalakan dan surga disediakan. Setelah itu masing-masing golongan (kafir dan bertaqwa) akan digiring ke tempatnya masing-masing (jannah dan naar).
Print halaman ini
Minggu, 24 Januari 2010
ISLAM MENURUT AL QUR’AN
Islam dikenal sebagai satu di antara lima agama yang diakui dan sebagai agama mayoritas penduduk di Indonesia. Al Qur’an adalah Kitab Sucinya dan Muhammad adalah Nabi dan Rasulnya.
Namun yang sangat disayangkan, kebanyakan mereka tidak mengenal makna Islam sesungguhnya. Mereka hanya mengenal Islam dari namanya, kebiasaannya, dan adat istiadat yang pernah dilakukan oleh bapak-bapak mereka dahulu, sehingga bisa dikatakan bahwa kebanyakan mereka Islam karena keturunan. Mungkin seandainya mereka lahir dari keturunan agama lain, mereka tidak akan memeluk Islam.
Islam identik dengan shalat, puasa, dan haji, bahkan melaksanakan shalat saja, mereka sudah menganggap diri mereka adalah orang Islam, walaupun tidak melakukan puasa, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain yang Allah perintahkan. Dengan ringannya mereka menyebut bahwa Islam itu: Isya, Subuh, Lohor, Ashar, Maghrib. Melaksanakan shalat lima waktu itu, mereka menganggap sudah Islam. Padahal dari segi lughatnya itu tidak tepat. ‘Isya huruf awalnya adalah ‘ain, Subuh huruf awalnya adalah shad, Lohor huruf awalnya adalah zha; bukan lohor tapi zhuhur, Ashar huruf awalnya adalah ‘ain, dan Maghrib huruf awalnya mim.
Umat Islam bangga sekali memeluk agama Islam dan mereka yakin bahwa dengan sebab mereka menjadi Islam dan menjadi umat Nabi Muhammad, mereka akan dijamin masuk ke dalam surga. Dengan jaminan syahadat yang mereka ucapkan, mereka tidak akan disiksa oleh Rabb mereka. Meskipun disiksa, hanya sebentar saja, sekedar syarat saja dengan cara membakar dosa-dosa yang mereka kerjakan. Istilahnya adalah INFERNO (neraka), PURGATORIO (pensucian) dan PARADISSO (surga) seperti yang dilukiskan oleh Dante Allighierie di dalam Divina Commedia.
Al Qur’an yang mereka anggap Kitab Suci mereka hanyalah sebuah kitab dongeng sekedar menjadi bacaan; sebagai sarana untuk mengumpulkan pahala yang mendukung segala prasangka dan angan-angan mereka, sehingga mereka menganggap tidak begitu penting untuk mengetahui dan mendalami isinya. Mereka mengatakan bahwa Al Qur’an imam mereka tetapi pada prakteknya Al Qur’an hanya menjadi ma’mum yang berdirinya di belakang.
MAKNA ISLAM
Untuk mengetahui dan mengenal Islam lebih jauh, kita membutuhkan satu panduan yang langsung dibuat oleh Zat maha Tinggi (Allah), sebuah peraturan yang tidak akan rusak dan berubah oleh zaman dan pemikiran mahluk; yang hanya bisa direvisi oleh pemiliknya. Al Qur’an, itulah nama peraturan tersebut. Sebuah Kitab terakhir yang Allah turunkan setelah Taurat dan Injil, yang sesudah itu tidak pernah ada lagi Allah menurunkan satu kitabpun, karena Al Qur’an telah sempurna. Fungsi Al Qur’an adalah sebagai zikra (ingatan / peringatan) untuk mengingatkan kembali apa yang pernah dikerjakan oleh umat-umat dahulu dengan bimbingannya. Sebagai mushadieq, Al Qur’an membenarkan dan merevisi kitab-kitab yang sebelumnya dan sebagai Muhaimien, Al Qur’an akan menguji sesuatu yang dianggap benar; apakah boleh dikerjakan atau tidak. Sebagai Furqan, Al Qur’an akan memisahkan antara kebenaran yang sesungguhnya dengan kebathilan yang dianggap benar oleh prasangka kebanyakan orang.
Islam adalah sebuah din. Din dalan bahasa Arab berarti agama (millah), kepercayaan (mu’taqad), tauhid (tauhiid), pengabdian (ibaadah), hitungan / hisab (hisaab), balasan (jaza’), putusan (qadaa’), kekuasaan (sulthan / hukm), pengaturan (tadbiir), tingkah laku (siirah), kebiasaan (‘aadat), perkara (sya’nu).
Islam adalah masdar dari kata aslama, bentuk muta’ady dari kata salima. Salima artinya selamat, patuh, damai, serah diri. Aslama artinya menyelamatkan, mematuhkan, mendamaikan, menyerahkan diri dan menjadi islam. Islam artinya adalah keselamatan, kepatuhan, kedamaian dan penyerahan diri. Tashrifnya adalah aslama, yuslimu, islaaman, muslimun, muslamun, aslim, laatuslim, muslamun, muslamun, uslima. Yuslamu.
Kata aslama disebut oleh Al Qur’an sebanyak lima kali yaitu:
Sebenarnya, siapa yang Islam dirinya karena Allah dan dia berbuat baik, maka baginya balasan dari Rabb-nya, Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. 2 ayat 112)
Maka apakah selain din Allah yang mereka cari, padahal kepada-Nya menjadi Islam apa yang di langit dan di bumi dengan suka dan tidak suka dan mereka akan dikembalikan kepada-Nya.. (QS. 3 ayat 83)
Dan siapa yang paling baik din-nya dari orang-orang yang paling Islam dirinya karena Allah, dan dia berbuat baik, dan dia mengikuti millah Ibrahim yang hanif. Dan Allah telah mengambil Ibrahim sebagai teman yang sangat dekat. (QS. 4 ayat 125)
Katakanlah: “Apakah selain Allah aku jadikan sebagai wali, pencipta langit dan bumi dan dia memberi makan dan tidak diberi makan? Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah untuk menjadi orang yang pertama menjadi islam. Dan janganlah kamu menjadi di antara orang-orang yang musyrik. (QS. 6 ayat 14)
Dan sesungguhnya di antara kami orang-orang yang muslim dan dari kami orang-orang yang qasith. Maka siapa yang menjadi islam, maka mereka itu telah memilih kecerdasan. (QS. 72 ayat 14)
* Islam adalah din / agama alam, dimana langit dan bumi beserta isinya pun menjadi Islam kepada Allah.
* Islam mengajarkan kepatuhan kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya dengan ikhlas dengan melakukan kebaikan. Lawannya adalah Qasith (banyak pertimbangan) dalam melakukan kebaikan.
* Islam adalah mengikut kepada millah Ibrahim sebagai imam yang diangkat oleh Allah.
* Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang selalu bersegera melaksanakan kebaikan dan tidak mempersekutukan Allah.
* Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang berakal dengan kata lain membuat seseorang itu cerdas dan berpetunjuk.
Sebagai din, Islam menjadi suatu aturan pokok yang mengatur segala aspek kehidupan agar lebih terarah kepada satu tujuan yang sama dengan mengenyampingkan masing-masing keinginan menuju kepada Allah, Zat Yang Maha Tinggi yang mengatur alam semesta ini. Peraturan itu, suka atau tidak suka harus ditaati.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad. Pendapat ini tidak salah, hanya saja untuk lebih lengkapnya, Islam itu adalah agama yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul termasuk Rasulullah Muhammad bahkan ia adalah agama seluruh alam. Agama yang lebih menitik beratkan kepada ketaatan, kedamaian, dan keikhlasan. Inti daripada Islam adalah Jihad. Jihad tidak seperti yang kita sangka selama ini melawan dengan kekerasan atau berperang dengan orang-orang non Islam, atau orang-orang Islam yang tidak sealiran sehingga kesan daripada Jihad sesuatu yang heboh dan menyeramkan.
Jihad berasal dari kata jaahada. Tashrifnya adalah jaahada, yujaahidu, mujaahadatan / jihaadan, mujaahidun, mujaahadun, jaahid, laa tujaahid, mujaahadun, mujaahadun, juuhida, yujaahadu. Jaahada artinya bersungguh-sungguh dan mashdarnya adalah jihaadan yang artinya kesungguhan. Jadi makna jihad sebenarnya adalah kesungguhan. Jihad fii sabiililllah artinya kesungguhan di jalan Allah. Berperang pada zaman Rasulullah dahulu adalah karena memang zamannya dimana perang diperlukan untuk mempertahankan dan memperjuangan agama serta membela hak-hak yang tertindas. Itupun kalau mereka diperangi dan ditantang untuk berperang oleh orang-orang yang kafir. Kalau tidak, Islam lebih menyukai perdamaian sesuai dengan namanya. Jihad tidak melulu diartikan perang. Disaat kita melaksanakan ibadah dengan serius, khusyu, dan sungguh-sungguh, maka itu disebut sedang berjihad fii sabilillah. Ketika kita mulai kehilangan pegangan hidup, merasakan hampa yang sangat, beragama hanya ikut-ikutan dan tidak mengetahui tujuan dan makna agama sebenarnya, kita ingin sekali mencari kebenaran dan berusaha untuk mencarinya, maka itu juga disebut dengan berjihad.
Dan berjihadlah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benar jihad. Dia telah memilih kamu dan Dia tidaklah menjadikan atas kamu suatu kesempitan dalam din, millah bapak kamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu orang-orang muslim dari sebelumnya dan di dalam Al-Qur'an ini, supaya Rasul menjadi saksi atas kamu dan kamu menjadi saksi atas manusia, maka dirikanlah shalat, berikanlah zakat, dan berpegang teguhlah dengan (tali) Allah. Dia adalah Pemimpinmu, maka Dia sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong. (QS. 22 ayat 78)
Dan siapa yang membenci millah Ibrahim tidak lain ia adalah orang yang membodohi dirinya. Dan sesungguhnya Kami telah memilih dia (Ibrahim) di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Ketika Rabbnya berkata kepadanya: “Islamlah engkau!” Dia berkata: “Aku Islam kepada Rabb semua alam.
Dan Ibrahim berwasiat dengan millah itu kepada anak-anaknya dan juga Yakub. “Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih din itu, maka janganlah kamu mati melainkan kamu orang-orang Islam.
Ataukah kamu menjadi saksi ketika kematian hadir pada diri Yakub ketika dia berkata kepada anak-anaknya: “Apakah yang kamu abdi sesudahku?” Mereka berkata: “Kami mengabdi kepada Tuhan engkau dan Tuhan bapak engkau Ibrahim, Isma’il, dan Ishak; Tuhan yang satu dan kami Islam kepada-Nya. (QS. 2 ayat 130-133)
Berjihad (bersungguh-sungguh) adalah perintah Allah kepada kita untuk menemukan suatu kebenaran. Allah telah memilih kita semua dan memberikan suatu din yang sederhana dan tidak ada kesempitan di dalamnya, yaitu millah (keyakinan) Ibrahim. Dan bagi siapa yang mau menerima millah itu sebagai din, maka Allah menamakan dia sebagai orang Islam atau muslim karena millah Ibrahim itu adalah Islam. Suatu kebodohan apabila kita mengakui bahwa kita adalah orang-orang yang beragama Islam, tetapi kita berpaling dan tidak mengerti hakekat dari Islam sebenarnya dan tidak mengetahui apakah itu millah Ibrahim. Ibrahim adalah imam bagi seluruh manusia (QS. 2 ayat 124) dan Nabi Muhammad diperintah untuk mencontoh dan mengikuti Nabi Ibrahim (QS. 16 ayat 123)
Ibrahim telah mewasiatkan Islam sebagai millahnya kepada anak-anaknya, kemudian diikuti oleh Yakub yang juga berwasiat kepada anak-anaknya tentang millah Ibrahim itu hingga sampailah kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad membawa wasiat itu kepada umatnya hingga sampailah kepada kita semua.
Dia telah mensyariatkan untukmu dari din itu apa yang telah Dia wasiatkan dengannya Nuh, dan yang telah Kami wahyukan kepada engkau, dan apa yang telah Kami wasiatkan dengannya Ibrahim, Musa, dan Isa bahwa: "Luruskanlah din itu dan janganlah kamu kamu berpecah di dalamnya. Amat berat atas orang-orang yang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya. Allah memilih kepadanya siapa yang Dia mau dan menunjuki kepadanya siapa yang kembali. (QS. 42 ayat 13)
Allah mensyariatkan kepada Nabi Muhammad
• Seperti yang diwasiatkan kepada Nuh
• Al Qur’an yang diwahyukan kepadanya
• Seperti yang diwasiatkan kepada Ibrahim
• Seperti yang diwasiatkan kepada Musa
• Seperti yang diwasiatkan kepada Isa
Isinya: LURUSKAN DIN DAN JANGAN BERPECAH-PECAH
Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepada engkau sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya, dan Kami telah mewahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya; Isa, Ayub, Yunus, Harun, Sulaiman, dan Kami telah memberikan Zabur kepada Daud. Dan rasul-rasul yang sungguh Kami telah kisahkan atas engkau sebelumnya dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan atas engkau. Dan Allah berbicara kepada Musa suatu pembicaraan. Rasul-rasul pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada hujjah bagi manusia atas Allah sesudah rasul-rasul. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Menghukum. (QS. 4 ayat 163-165)
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Nuh
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada nabi-nabi sesudahnya
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ibrahim
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Isma’il
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ishak
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Yakub dan anak keturunannya
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Isa
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ayub
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Yunus
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Harun
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Sulaiman
Kami memberikan kitab kepada Daud
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada rasul-rasul yang Allah kisahkan
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada rasul-rasul yang tidak Allah kisahkan
Allah berbicara kepada Musa suatu pembicaraan
* Rasul-rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan agar tak ada hujjah manusia atas Allah sesudah diutus rasul-rasul
Tugas para rasul adalah sama. Mereka sama-sama membawa risalah dari Allah yang intinya adalah sama, mengajak beribadah kepada Allah satu-satunya Tuhan dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu; baik itu nafsu dirinya maupun nafsu kaumnya. Meskipun mereka diberikan kelebihan yang berbeda, itu hanyalah sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Tidak ada istilah nabi besar atau nabi kecil atau masing-masing diberikan gelar yang berbeda.
Katakanlah: “Kami beriman dengan Allah, dan apa yang telah diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya, dan apa yang diberikan Musa, Isa, dan apa yang diberikan nabi-nabi dari Rabb mereka, kami tidak membeda-bedakan salah seorangpun di antara mereka dan kami muslim kepada-Nya.. (QS. 2 ayat 137)
Katakanlah: “Kami beriman dengan Allah dan yang diturunkan atas kami dan yang diturunkan atas Ibrahim, Isma’il, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya. Dan apa yang diberikan Musa, Isa, dan nabi-nabi dari Rabb mereka. kami tidak akan membeda-bedakan seorangpun dari mereka dan kami muslim kepada-Nya.. (QS. 3 ayat 84)
Seorang muslim adalah seseorang yang beriman dengan apa yang Allah turunkan dan tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul. Tidak menuhankan mereka atau tidak memuja dan memuji mereka seperti Tuhan. Karena mereka adalah manusia biasa yang tidak luput dari perbuatan salah. Mencontoh mereka adalah mencontoh sesuai ajaran yang mereka bawa dari Allah. Misal, mencontoh Nabi Musa adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Taurat. Mencontoh Nabi Isa adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Injil, dan mencontoh Nabi Muhammad adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Al Qur’an. Kita wajib mentaati mereka selama tidak bertentangan dengan Kitab Allah.
Taurat dan Injil hanya diturunkan untuk suatu kaum tertentu, yang Allah telah ganti dengan sesuatu yang lebih baik yaitu sebuah kitab yang Maha Sempurna yang kita kenal dengan nama Al Qur’an. Lagipula Allah sudah menarik mereka dan menggantikannya dengan Al Qur’an sebagai risalah kaafatal linnaas (seluruh manusia).
Para nabi banyak yang terbunuh, kalimat itu kita bisa kita temukan dengan pernyataan Allah “Membunuh para nabi tanpa kebenaran ”. Mungkin kalimat itu akan kita artikan bahwa membunuh itu bukan secara fisik tetapi hanya kiasan saja, mengingkari dan menolak ajarannya sama artinya membunuh para pembawanya. Tetapi pernyataan ayat itu pasti ada kejadian aslinya waktu dahulu sedangkan kesimpulan yang kita ambil adalah pada masa sekarang.
Coba simak ayat di bawah ini yang berhubungan langsung dengan penyebutan Muhammad sebagai seorang nabi:
Dan Muhammad tidak lain adalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya para rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Dan siapa yang kembali ke belakang, maka sekali-kali dia tidak dapat menyusahkan Allah sedikitpun. Dan kelak Allah akan memberi balasan orang-orang yang bersyukur (QS. 3 ayat 144)
Muhammad yang disebut sebagai manusia; yang mempunyai gelar seorang nabi, bisa saja terbunuh dan juga para nabi yang disebut di dalam Al Qur’an. Sebagai manusia biasa, mereka bisa saja berbuat salah tetapi apabila mereka lurus dengan risalah yang dibawanya, pasti Allah menyelamatkannya. Begitupun para penyeru kebenaran dan keadilan. Apabila mereka berlaku lurus dengan apa yang dibicarakannya, pasti Allah akan menyelamatkannya.
Coba simak ayat-ayat di bawah ini:
NABI ADAM
Lalu syetan mengelincirkan mereka berdua dengan tipuan. Maka tatkala keduanya telah merasakan syajarah itu, nyata kepada mereka berdua aurat-aurat mereka dan keduanya mulai menempelkan atas mereka berdua di antara daun-daun surga. Dan Rabb mereka memanggil mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu dari syajarah itu dan Aku telah mengatakan kepada kamu, sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.
Mereka berdua berkata: “Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami dan jika engkau tidak memberikan ampun untuk kami dan memberi rahmat kepada kami, sungguh kami menjadi orang-orang yang rugi”. (QS. 7 ayat 22-23)
Dan Nuh menyeru Rabbnya, lalu dia berkata: “Sesungguhnya anakku dari keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau adalah benar dan engkaulah Hakim yang paling menghukum.
Dia berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah keluarga engkau. Sesungguhnya amalnya tidak saleh. Maka janganlah engkau meminta kepadaKu apa yang tidak ada ilmu bagi engkau tentangnya. Sesungguhnya Aku mengajarkan engkau supaya tidak menjadi di antara orang-orang bodoh. (QS. 11 ayat 45-46)
Wahai Ibrahim, berpalinglah tentang ini! Sesungguhnya telah datang perintah Rabb engkau dan sesungguhnya akan datang kepada mereka azab yang tidak dapat ditolak. (QS. 11 ayat 76)
Sesungguhnya telah ada untukmu contoh yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. Ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu abdi selain Allah. Kami kafir denganmu dan telah nyata antara kami dan antaramu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kamu beriman dengan Allah satu-satunya” kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sungguh aku akan memintakan ampun untuk engkau dan aku tidak berkuasa untuk engkau dari siksa Allah sesuatupun. “Ya Rabb kami, atas Engkau kami bertawakal dan kepada Engkau kami bertaubat dan kepada Engkau tempat kembali”. (QS. 60 ayat 4)
Dan sesungguhnya benar-benar dia (perempuan) berhasrat terhadapnya dan dia (Yusuf) berhasrat terhadapnya, kalau sekiranya tidak melihat keterangan dari Rabbnya. Seperti itulah agar Kami memalingkan kejahatan dan fahsya darinya. Sesungguhnya dia di antara abdi-abdi kami yang ikhlas. (QS 12 ayat 24)
Kalau sekiranya dia (Muhammad) membuat kebohongan sebahagian perkataan-perkataan atas kami, sungguh Kami akan mengambil tangan kanannya, kemudian sungguh Kami akan memotong urat jantung darinya, lalu tidak ada di antaramu seorangpun yang menolong terhadapnya. Dan sesungguhnya Al Qur’an benar-benar tazkirah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 69 ayat 44-48)
Sebagai Nabi, mereka hanya manusia biasa yang bisa berbuat salah, tetapi sebagai seorang rasul, mereka terpelihara dengan risalah yang dibawa oleh mereka. Kenabian hanyalah posisi yang membedakan mereka dengan umatnya. Hanya kerasulan yang patut dicontoh dari mereka, yaitu disaat mereka menyampaikan risalah Allah, dengarkan dan taatilah mereka.
Allah mengabadikan nama beberapa nabi dan rasul di dalam Al Qur’an sebagai uswah dan ibrah buat umat-umat yang sesudahnya. Mereka adalah para nabi yang patuh kepada Allah (Islam), lurus, dan berhukum berdasarkan syari’at yang sama, yaitu syariat yang berdasarkan hukum Allah. Para nabi yang tidak menuhankan dirinya dan menganggap diri mereka terbesar di antara yang lain dan tidak ingin diagung-agungkan oleh umatnya.Tidak ada satupun nabi-nabi yang Allah sebutkan namanya di dalam Al Qur'an itu terbunuh, karena mereka diabadikan sebagai contoh buat umat-umat yang datang kemudian.
Tiadalah pantas bagi seorang manusia biasa yang Allah memberikan kepadanya Kitab, Hikmat, dan Kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia: “Jadilah kamu abdi-abdi untukku selain Allah.” dan akan tetapi: “Jadilah kamu rabbani karena kamu mengajarkan Kitab dan karena kamu adalah mempelajarinya? (QS. 3 ayat 79)
Bukanlah seorang Muslim, apabila dia membeda-bedakan para rasul dan menjadikan salah seorang dari mereka sebagai Tuhan; yang mereka anggap sebagai nabi sempurna melebihi nabi-nabi yang lain bahkan lebih dari manusia biasa; selalu mereka puja dan puji dan diyakini mampu melakukan pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan seperti, menolak bencana dari Allah kepada seseorang dan mengeluarkan orang dari neraka dengan syafa’at mereka. Bila itu terjadi pada kita, maka Allah mengatakan bahwa kita telah menjadi kafir setelah kita muslim!
* Tidak membedakan para nabi dan rasul (QS. 2 ayat 137, 3 ayat 84)
* Menolong agama Allah dan beriman dengan Allah (QS. 3 ayat 52)
* Mengajak kembali kepada kalimat yang sama yang tidak ada perselisihan di dalamnya, tidak mengabdi kecuali kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan tidak menjadikan salah seorang di antara kita sebagai Tuhan (QS. 3 ayat 64)
* Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya (QS. 3 ayat 102)
* Mengetahui isi Al Qur’an yang penuh dengan ilmu Allah dan tidak ada Tuhan lagi selainNya (QS. 11 ayat 14).
* Mau mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an (QS. 27 ayat 81, 30 ayat 53)
* Ikhlas menyerahkan diri dan ibadah kita kepada Allah dan tidak mepersekutukannya dengan yang lain (QS. 6 ayat 162-163)
* Selalu menjadi orang yang sabar (QS. 7 ayat 126)
* Tidak meminta bayaran / upah / tarif dalam menyampaikan seruan kepada Allah (QS. 10 ayat 72)
* Beriman kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya (QS. 10 ayat 84)
* Menjadikan Al Qur’an sebagai penjelas atas kehidupannya, sebagai petunjuk di dalam beragama, sebagai dasar kasih sayang, dan sebagai kabar gembira (QS. 16 ayat 89)
* Tidak sombong dan merasa dirinya hebat / tinggi (QS. 27 ayat 31)
* Beriman kepada Al Qur’an dan mengetahui kebenaran isinya (QS. 28 ayat 53)
* Menyeru kepada Allah dan selalu beramal saleh (QS. 41 ayat 33)
* Beriman dengan ayat-ayat Al Qur’an (QS. 43 ayat 69)
Surga adalah jaminan buat orang yang muslim, tidak perlu dibayangkan dan tidak perlu diminta. Allah akan memberikan buat kita, asal syarat-syarat yang di atas terpenuhi dan Al Qur’an adalah satu-satunya petunjuk untuk menuju kesana. Pelajarilah Al Qur’an dan laksanakanlah isinya, pasti kita akan menjadi seorang muslim sejati. Muslim yang berdiri di atas petunjuk yang benar. Bukan muslim keturunan atau ikut-ikutan. Percayalah, surga dan neraka adalah dua tempat yang berbeda tetapi lama tinggal di sana adalah sama yaitu: ABADI / SELAMA-LAMANYA. Tidak ada satupun orang yang bisa keluar dan mengeluarkan seseorang dari sana, meskipun dia adalah seorang nabi, termasuk juga Nabi Muhammad. Tetapi sayangnya pemikiran dan keyakinan kita telah ditutupi oleh angan-angan dan prasangka yang tidak jelas.
Coba kita perhatikan ayat di bawah ini dan renungkan serta bandingkan dengan kepercayaan kebanyakan orang yang menamakan diri mereka MUSLIM!
Apakah orang yang telah pasti atasnya kalimat azab, maka apakah engkau akan menyelamatkan orang yang di dalam neraka (QS. 39 ayat 19)
Tidak ada bagi engkau sedikitpun tentang urusan itu. Apakah Dia menerima taubat mereka atau Dia mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka orang-orang zhalim (QS. 3 ayat 128)
Orang yang muslim dan berbuat baik serta memelihara diri mereka dari perbuatan dosa, pasti Allah jamin masuk ke dalam jannah (surga). Lalu kenapa ada orang yang masuk neraka? Tentunya karena dia zhalim, meskipun dia seorang yang mengaku Islam dan mengucapkan syahadat (pengakuan) terhadap Allah dan rasul tetapi karena selalu berbuat dosa dan sedikit amal kebaikannya, maka syahadat itu tidak berguna, sama saja dengan syahadatnya Fir’aun.
Lagipula, apabila penghuni neraka bisa keluar, rasanya itu suatu keputusan yang tidak adil terhadap orang-orang yang beriman dan selalu memelihara dirinya dengan berbuat baik dan menjauhi dosa.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa di sisi Rabb mereka ada jannah-jannah yang penuh kenikmatan. Maka apakah pantas Kami menjadikan orang yang Islam seperti orang yang berdosa? Mengapa kamu ini? Bagaimana kamu berhukum? (QS. 68 ayat 34-36)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak masuk ke dalam jannah sehingga unta masuk ke dalam lubang jarum. Dan seperti itulah Kami membalasi orang-orang yang berdosa. (QS. 7 ayat 40)
Seorang nabi bukanlah Tuhan. Apabila Tuhan telah memutuskan sesuatu, maka seorang nabi tidak boleh keberatan atas keputusan itu dan tidak bisa merubahnya (QS. 33 ayat 38). Apabila Allah telah memutuskan seseorang masuk ke dalam neraka dan mengatakan bahwa mereka kekal di dalamnya, apakah nabi akan menolak keputusan itu dan berusaha untuk merubahnya? Bila memang terjadi apakah nabi seperti ini patut disebut nabi Muslim atau nabi yang patuh, taat, dan menerima keputusan Allah?
Rasulullah Muhammad ketika hidupnya, beliau pernah mengadu kepada Allah, sambil menangis sedih, karena itu Allah melarang beliau bersedih (QS. 5 ayat 41) bahkan sampai ingin bunuh diri (QS. 18 ayat 6, 26 ayat 3).
Dan rasul berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang ditinggalkan”. Dan seperti itulah Kami menjadikan bagi setiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabb engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong (QS. 25 ayat 30-31)
Apakah patut kita disebut orang yang mengikuti, mencintai, dan menghormati nabi / rasul apabila isi Al Qur’an ditinggalkan bahkan tidak mengetahui isinya? Tidak. Kita tidak patut disebut orang yang cinta kepada nabi melainkan musuh bagi para nabi!
Apabila kaumnya sudah meninggalkan Al Qur’an padahal nabi/rasulnya masih hidup, bagaimana setelah beliau wafat? Apakah kita akan mengikuti kebanyakan orang meskipun Al Qur’an tidak memerintahkannya?
Dan jika engkau mentaati kebanyakan orang di muka bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Mereka tidaklah mengikuti melainkan prasangka dan mereka tidaklah melainkan menduga-duga (QS. 6 ayat 166)
Marilah kita kembali kepada Al Qur’an, untuk mengkaji dan mengamalkan isinya agar kita menjadi muslim yang baik dan bisa masuk ke dalam surga.
Print halaman ini
Rabu, 06 Januari 2010
MEMBACAKAN AL QUR'AN BUAT ORANG YANG MATI
Setiap ada orang yang meninggal pasti dibacakan Al Quran terutama surat Yasin. Bukan itu saja, bahkan juga di atas kuburan. Bacaan-bacaan itu ditujukan buat orang-orang yang mati agar mereka diampuni, dimudahkan jalannya, diberikan kelapangan kuburannya, dan sebagainya. Pekerjaan yang mereka namakan ibadah itu dilakukan oleh kebanyakan umat muslim dan sebahagian lain ada yang menjadikannya sebagai profesi. Apalagi menjelang awal Ramadhan dan akhir Ramadhan. Kuburan-kuburan banyak dikunjungi orang sebagai suatu tradisi lama turun temurun yang tidak bisa ditinggalkan meskipun sampai saat ini mereka tidak tahu apa dasar agamanya mereka melakukan hal tersebut.
Yang mereka lakukan seperti nyekar atau nyadren adalah sebenarnya budaya animisme hindu-budha yang dilakukan sebagai sinkretisasi mereka di dalam Islam. Islam murni tidak mengenal istilah itu bahkan tidak ada dalilnya karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.
Saya tidak akan membahas tentang nyadren atau nyekar karena temanya tentang membacakan Al Qur'an buat orang yang mati. Jadi artikel ini akan membahas tentang hal-hal yang berkenaan dengan itu.
Surat Yasin yang mereka sebut sebagai jantungnya Al Qur'an sangat laku di pasaran. Dijadikan sebagai penolak bala, pembuka surga, mendatangkan ampunan, panjang umur, mudah rejeki, mudah jodoh, dan lain-lain. Padahal mereka tidak mengerti arti dan makna yang terkandung pada surat Yasin di antaranya adalah:
Dan Kami tidak mengajarkannya sya'ir dan tidaklah patut baginya. Al Qur'an tidak lain adalah zikr (peringatan) dan Bacaan yang menerangkan,
supaya dia (Muhammad) memberikan peringatan orang yang hidup dan pastilah perkataan azab itu atas orang-orang yang kafir. (QS. 36 ayat 69-70)
Menurut ayat di atas, Al Quran bukanlah sya'ir yang sekedar dibaca dengan suara merdu dan menyentuh hati sehingga menangis dengan bacaan itu, tetapi Al Qur'an adalah peringatan dan bacaan yang menerangkan yang harus diterjemahkan dan diterangkan isinya, sebagai suatu peringatan buat orang yang hidup yang bisa merubah dirinya setelah mendengar peringatan itu, bukan buat orang-orang yang mati.
Lalu mengapa dibacakan kepada orang yang mati baik yang belum dikubur maupun yang sudah?
Kalau tujuannya buat supaya mereka mendengar peringatan itu, maka Al Qur'an menjelaskan bahwa:
1. Kamu tidak bisa memperdengarkan orang yang mati (QS. 27 ayat 80, 30 ayat 52)
2. Kamu tidak bisa memperdengarkan orang yang di dalam kubur (QS. 35 ayat 22)
Kalau tujuannya supaya dia masuk surga dan mendapat ampunan dari Allah, maka Al Qur'an mengatakan bahwa orang yang sudah mati mendapatkan apa yang selama hidup dia sudah kerjakan. Apapun yang diberikan kepadanya setelah dia mati, semuanya tidak ada gunanya.
Itulah umat yang sungguh telah berlalu. Untuknya apa yang ia usahakan dan untukmu apa yang kamu usahakan. Dan kamu tidak akan ditanya tentang apa yang mereka kerjakan. (QS. 2 ayat 134, 141)
Allah tidak membebankan kepada seorang diri melainkan usahanya. Untuknya (balasan) apa yang dia usahakan. Dan atasnya (tanggung jawab) apa yang dia usahakan. “Ya Rabb kami, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa atau berbuat salah. Ya Rabb kami, dan janganlah Engkau memikulkan atas kami beban yang berat sebagaimana telah memikulnya orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami dan janganlah Engkau memikulkan kepada kami apa yang tak sanggup bagi kami dengannya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan sayangilah kami. Engkau wali kami, maka tolonglah kami atas kaum yang kafir. (QS. 2 ayat 286)
Seseorang yang berdosa tidak dapat memikulkan dosanya kepada orang yang lain.
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Rabb mereka dengan keghaibanNya dan mereka mendirikan shalat Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, maka dia hanyalah menyucikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. (QS. 35 ayat 18)
Apakah anak yang saleh bisa mendoakan bapak/ibunya yang tidak saleh agar dosanya diampuni dan masuk ke dalam surga?
Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu dan takutlah suatu hari yang seorang bapak tidak dapat membantu anaknya dan seorang anak tidak pula dapat membantu bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah kehidupan dunia menipu kamu dan janganlah penipu itu menipu kamu terhadap Allah. (QS. 31 ayat 33)
Ketika seseorang itu mati, maka semuanya terputus kecuali amal yang dia kerjakan buat dirinya. Tidak ada satupun yang bisa membantunya termasuk juga anak yang shaleh. Karena amal saleh yang dikerjakan oleh seseorang, maka pahalanya buat dirinya sendiri, bukan buat orang lain; yang hidup maupun yang mati.
Siapa yang beramal saleh, maka untuk dirinya dan siapa yang jahat, maka atasnya. Dan Rabb engkau tidaklah zhalim kepada abdi-abdi-Nya. (QS. 41 ayat 46)
Membaca atau membacakan Al Qur'an tidaklah berpahala apalagi hal tersebut ditujukan buat orang yang mati. Kalau hal itu dikerjakan, maka termasuk ke dalam ifrat. Apa yang kita lakukan itu hanyalah kesia-siaan belaka. Tetapi harapan dalam ucapan tidak dilarang. Seperti di dalam shalat kita berbicara: :"Ya Allah semoga engkau mengampuni dosa orang tuaku". Mengapa? Karena itu hanya ucapan baik kita, tidak ada unsur prasangka dan bid'ah melainkan sekedar harapan perkataan yang bisa juga ditujukan untuk orang yang hidup. Namun sengaja berdoa di kuburan, membacakan Al Qur'an, mengadakan kumpul-kumpul membacakan doa dengan sengaja supaya dosa-dosa si mati diampuni adalah tindakan yang dilarang karena tidak ada dasarnya dan itu adalah prasangka yang tindakannya adalah bid'ah. Allah melarang kita mengikuti hal-hal di dalam agama yang tidak ada keterangannya di dalam Al Qur'an (QS. 17 ayat 36)
Doa sekali-kali tidak dapat merubah nasib seseorang yang hidup apalagi yang mati. Membaca dan membacakan doa adalah sebagai suatu ketenangan hati bagi yang membaca atau dibacakannya. Begitu juga Al Qur'an. Membaca atau membacakan Al Qur'an tidak akan merubah nasib seseorang yang hidup maupun yang mati. Membaca atau dibacakannya adalah sebagai ketenangan hati dalam menghadapi segala cobaan atau sebagai dorongan jiwa untuk melakukan suatu hal yang baik. (QS. 9 ayat 103, 13 ayat 28). Kalau mau nasib berubah, disamping berdoa ya harus juga memperbaiki nasib dengan cara berusaha sebaik-baiknya.
Pujian itu kepunyaan Allah!
Print halaman ini
Rabu, 30 Desember 2009
ULAMA MENURUT AL QUR'AN
Ulama bentuk jamak dari kata aalim. 'Aalim adalah yang mengetahui. Ulama adalah orang-orang 'aalim atau orang-orang yang mengetahui atau orang-orang yang berilmu. Baik itu ilmu yang berhubungan dengan duniawi maupun ukhrawi. Setiap kali kata itu diucapkan, maka orang berasumsi sama, bahwa ulama adalah orang yang ahli dalam bidang agama. Sebenarnya arti kata itu masih umum. Bila ilmu yang dikuasai adalah ekonomi, maka dia akan dikatakan ulama ekonomi. Bila yang dikuasai adalah ilmu sosial, maka dia dikatakan ulama sosial. Bila yang dikuasai adalah ilmu agama, maka akan disebut ulama agama. Tapi karena terlanjur orang sudah memahami ulama sebagai orang yang ahli dalam masalah-masalah agama, kita katakan saja bahwa ulama adalah orang yang ahli dalam bidang agama.
Di dalam Al Qur'an menyebut kata ulama sebanyak dua kali.
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an kepada sebahagian orang-orang A'jam (bukan orang Arab),
lalu dia membacakannya atas mereka, tiadalah mereka akan beriman dengannya. (QS. 26 ayat 197-199)
Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah 'ulama. (QS. 35 ayat 28)
Allah mengajarkan Al Qur'an, Rasulullah Muhammad diutus untuk mengajarkan kitab itu. Orang yang telah menerima kitab yang telah diajarkan itu, wajib mengajarkannya kepada orang lain.
Sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul dari bangsamu yang membacakan atasmu ayat-ayat Kami dan mensucikanmu dan mengajarkanmu Kitab dan Hikmat dan mengajarkanmu apa-apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2 ayat 151)
Sesungguhnya benar-benar Allah telah memberi karunia atas orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus seorang rasul ditengah-tengah mereka dari bangsa mereka sendiri yang membacakan atas mereka ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmat dan sesungguhnya keadaan mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang yang nyata. (QS. 3 ayat 164)
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil pengukuhan orang-orang yang diberi kitab: "Hendaklah kamu menerangkannya kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkannya ke belakang punggung mereka dan menukarnya dengan harga yang sedikit. Maka sangat buruk apa yang mereka tukar. (QS. 3 ayat 187)
Apabila 'ulama dikatakan sebagai yang berilmu, maka Allah-lah yang pertama, karena Allah yang Maha Mengetahui tentang isi Al Qur'an dan mengajarkan kepada Rasul-Nya, hingga Rasul-Nya mengetahui isinya dan mengajarkan kembali kepada umatnya, lalu umatnya mengajarkan kembali kepada yang tidak mengetahui, begitu seterusnya sampailah kepada kita. Jadi, secara tidak langsung, Allah-lah yang mengajarkan Al Qur'an kepada kita, umat Rasulullah. Itu artinya siapapun bisa menjadi 'ulama.
Al Qur'an adalah ilmu. Dengan mempelajari dan memahami Al Qur'an, maka kita akan disebut 'aalim Al Qur'an. Dan apabila banyak jumlah 'aalim-nya, maka akan disebut 'ulama Al Qur'an.
Kewajiban para 'Aalim tadi adalah mengajarkan ilm-nya kepada orang lain, sehingga orang lain juga mengerti. Bila mereka 'ulama Al Qur'an, mereka harus mengajarkan ilm Al Qur'an dan bukan ilm yang lain.
Dalam beragama, Kitab Al Qur'an adalah satu-satunya petunjuk yang paling benar dan ilm yang sempurna. Apa yang diberikan para 'ulama, kalau itu adalah Al Qur'an, maka kita harus menerimanya. Dan kalau itu bukan Al Qur'an, maka kita harus menolaknya. Karena 'ulama tidak berhak mengatur dan menentukan apa yang harus dipatuhi dalam beragama selain mengajarkan apa yang terdapat di dalam Al Qur'an.
Apabila kita mengetahui Al Qur'an dari mereka, itu adalah kewajiban mereka dan merupakan karunia Allah. Tapi bukan berarti kita menjadikan mereka Tuhan yang menentukan segala hal.
BENARKAH ULAMA PEWARIS PARA NABI
Seorang ulama dianggap sebagai seorang yang sangat berjasa dan harus dipatuhi dalam setiap urusan agama. Untuk anggapan yang pertama, tidak menjadi masalah bahkan saya pribadi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para ulama yang menterjemahkan Al Qur'an dan mengajarkan Al Qur'an kepada saya. Semoga Allah selalu memberkati dan meluruskan hidup kalian semua.
Untuk anggapan yang kedua, tidak bisa diterima. Yang harus dipatuhi dan dijadikan pegangan adalah Al Qur'an bukan para 'ulama. Kalau mereka memutuskan hukum dalam setiap permasalahan agama berdasarkan Al Qur'an, baru kita harus terima.
Mengenai pernyataan bahwa 'ulama dalah pewaris nabi, itu adalah pernyataan yang mereka buat sendiri yang mengatasnamakan Rasulullah untuk menguatkan kedudukan mereka agar dianggap sejajar dengan kedudukan para nabi. Entah Rasulullah Muhammad yang lupa atau para 'ulama yang tidak sadar, bahwa sebenarnya hal-hal tentang kenabian telah ditutup dan penutupnya adalah Rasulullah Muhammad itu sendiri.
Apabila memang mereka mengklaim diri mereka pewaris para nabi, itu artinya ada persamaan antara yang dilakukan nabi dengan mereka. Hanya bedanya para nabi lebih kuat menahan keinginannya karena langsung diperingatkan oleh Allah. Apabila ada kesalahan, pasti Allah peringatkan. Seperti contoh:
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah telah halalkan untukmu karena mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 66 ayat 1)
Nabi Muhammad sebagai seorang yang dekat kepada Allah, karena merasa kedudukannya tinggi, beliau lupa bahwa beliau tidak boleh memutuskan sesuatu diluar Al Qur'an hanya karena keinginan dirinya atau keinginan orang lain, di antaranya menentukan halal dan haram. Tapi kemudian Allah memaafkannya dan mengabadikannya di dalam Al Qur'an agar hal itu tidak terjadi pada umatnya.
Apabila 'ulama mewarisi nabi, itu artinya ada hal-hal seperti itu dalam memutuskan suatu keputusan selain daripada Al Qur'an. Dan bila itu terjadi, siapa yang mengetahui kalau bukan Al Qur'an itu sendiri yang akan membuktikannya. Contoh, Al Qur'an hanya mengharamkan empat jenis (QS. 6 ayat 145), berapa jenis makanan/binatang yang diharamkan para ulama?
ULAMA DI DALAM AL QUR'AN
Saya tidak mengatakan ulama itu salah. Kita harus menghormati ulama apalagi ulamanya orang tua, itu sangat dianjurkan sekali. Tapi apa yang mereka ajarkan kepada kita harus benar-benar kita periksa dan kembalikan kepada Al Qur'an.
Ada yang harus kita ketahui tentang ulama dari dua versi, yaitu:
ULAMA ADALAH PEWARIS PARA NABI (VERSI HADITS)
Apabila kita mengatakan bahwa ulama adalah pewaris nabi, maka dia harus mengikuti nabi. Di antaranya, Nabi tidak pernah keberatan terhadap apapun keputusan Allah di dalam Al Qur'an sebagai sunnah-Nya:
Nabi tiada keberatan pada apa yang Allah telah tetapkan kepadanya sebagai sunnah Allah pada orang-orang yang berlalu sebelumnya. Dan perintah Allah adalah satu ketentuan yang ditentukan. (QS. 33 ayat 38)
Jika Nabi Muhammad tidak keberatan menerima Al Qur'an sebagai sunnahnya, apakah 'ulama keberatan kalau dikatakan bahwa Al Qur'an adalah satu-satunya sunnah para nabi termasuk Nabi Muhammad itu sendiri?
ULAMA ADALAH HAMBA ALLAH YANG TAKUT KEPADA ALLAH.(VERSI AL QUR'AN)
Apabila seseorang mengaku dirinya ulama, maka dia harus takut kepada Allah dan itu dibuktikan dengan hanya menyampaikan risalah Al Qur'an.
Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah (Al Qur'an) dan mereka takut kepada Allah dan mereka tidak takut kepada seorangpun kecuali kepada Allah dan cukuplah Allah yang menghisab. (QS. 33 ayat 39)
Jika Al Qur'an mengatakan bahwa hanya Al Qur'an yang benar dan yang datang sesudahnya adalah kesesatan (QS. 10 ayat 32) dan Hadits terbaik adalah Al Qur'an (QS. 39 ayat 23) selainnya adalah hadits palsu (QS. 31 ayat 6), beranikah para ulama mengatakannya?
Dengan izin Allah, bagaimanapun caranya, sampailah Al Qur'an kepada kita dan dengan izin Allah pula kita bisa menerima kebenaran Al Qur'an dengan lapang dada.
Print halaman ini