Islam dikenal sebagai satu di antara lima agama yang diakui dan sebagai agama mayoritas penduduk di Indonesia. Al Qur’an adalah Kitab Sucinya dan Muhammad adalah Nabi dan Rasulnya.
Namun yang sangat disayangkan, kebanyakan mereka tidak mengenal makna Islam sesungguhnya. Mereka hanya mengenal Islam dari namanya, kebiasaannya, dan adat istiadat yang pernah dilakukan oleh bapak-bapak mereka dahulu, sehingga bisa dikatakan bahwa kebanyakan mereka Islam karena keturunan. Mungkin seandainya mereka lahir dari keturunan agama lain, mereka tidak akan memeluk Islam.
Islam identik dengan shalat, puasa, dan haji, bahkan melaksanakan shalat saja, mereka sudah menganggap diri mereka adalah orang Islam, walaupun tidak melakukan puasa, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain yang Allah perintahkan. Dengan ringannya mereka menyebut bahwa Islam itu: Isya, Subuh, Lohor, Ashar, Maghrib. Melaksanakan shalat lima waktu itu, mereka menganggap sudah Islam. Padahal dari segi lughatnya itu tidak tepat. ‘Isya huruf awalnya adalah ‘ain, Subuh huruf awalnya adalah shad, Lohor huruf awalnya adalah zha; bukan lohor tapi zhuhur, Ashar huruf awalnya adalah ‘ain, dan Maghrib huruf awalnya mim.
Umat Islam bangga sekali memeluk agama Islam dan mereka yakin bahwa dengan sebab mereka menjadi Islam dan menjadi umat Nabi Muhammad, mereka akan dijamin masuk ke dalam surga. Dengan jaminan syahadat yang mereka ucapkan, mereka tidak akan disiksa oleh Rabb mereka. Meskipun disiksa, hanya sebentar saja, sekedar syarat saja dengan cara membakar dosa-dosa yang mereka kerjakan. Istilahnya adalah INFERNO (neraka), PURGATORIO (pensucian) dan PARADISSO (surga) seperti yang dilukiskan oleh Dante Allighierie di dalam Divina Commedia.
Al Qur’an yang mereka anggap Kitab Suci mereka hanyalah sebuah kitab dongeng sekedar menjadi bacaan; sebagai sarana untuk mengumpulkan pahala yang mendukung segala prasangka dan angan-angan mereka, sehingga mereka menganggap tidak begitu penting untuk mengetahui dan mendalami isinya. Mereka mengatakan bahwa Al Qur’an imam mereka tetapi pada prakteknya Al Qur’an hanya menjadi ma’mum yang berdirinya di belakang.
MAKNA ISLAM
Untuk mengetahui dan mengenal Islam lebih jauh, kita membutuhkan satu panduan yang langsung dibuat oleh Zat maha Tinggi (Allah), sebuah peraturan yang tidak akan rusak dan berubah oleh zaman dan pemikiran mahluk; yang hanya bisa direvisi oleh pemiliknya. Al Qur’an, itulah nama peraturan tersebut. Sebuah Kitab terakhir yang Allah turunkan setelah Taurat dan Injil, yang sesudah itu tidak pernah ada lagi Allah menurunkan satu kitabpun, karena Al Qur’an telah sempurna. Fungsi Al Qur’an adalah sebagai zikra (ingatan / peringatan) untuk mengingatkan kembali apa yang pernah dikerjakan oleh umat-umat dahulu dengan bimbingannya. Sebagai mushadieq, Al Qur’an membenarkan dan merevisi kitab-kitab yang sebelumnya dan sebagai Muhaimien, Al Qur’an akan menguji sesuatu yang dianggap benar; apakah boleh dikerjakan atau tidak. Sebagai Furqan, Al Qur’an akan memisahkan antara kebenaran yang sesungguhnya dengan kebathilan yang dianggap benar oleh prasangka kebanyakan orang.
Islam adalah sebuah din. Din dalan bahasa Arab berarti agama (millah), kepercayaan (mu’taqad), tauhid (tauhiid), pengabdian (ibaadah), hitungan / hisab (hisaab), balasan (jaza’), putusan (qadaa’), kekuasaan (sulthan / hukm), pengaturan (tadbiir), tingkah laku (siirah), kebiasaan (‘aadat), perkara (sya’nu).
Islam adalah masdar dari kata aslama, bentuk muta’ady dari kata salima. Salima artinya selamat, patuh, damai, serah diri. Aslama artinya menyelamatkan, mematuhkan, mendamaikan, menyerahkan diri dan menjadi islam. Islam artinya adalah keselamatan, kepatuhan, kedamaian dan penyerahan diri. Tashrifnya adalah aslama, yuslimu, islaaman, muslimun, muslamun, aslim, laatuslim, muslamun, muslamun, uslima. Yuslamu.
Kata aslama disebut oleh Al Qur’an sebanyak lima kali yaitu:
Sebenarnya, siapa yang Islam dirinya karena Allah dan dia berbuat baik, maka baginya balasan dari Rabb-nya, Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. 2 ayat 112)
Maka apakah selain din Allah yang mereka cari, padahal kepada-Nya menjadi Islam apa yang di langit dan di bumi dengan suka dan tidak suka dan mereka akan dikembalikan kepada-Nya.. (QS. 3 ayat 83)
Dan siapa yang paling baik din-nya dari orang-orang yang paling Islam dirinya karena Allah, dan dia berbuat baik, dan dia mengikuti millah Ibrahim yang hanif. Dan Allah telah mengambil Ibrahim sebagai teman yang sangat dekat. (QS. 4 ayat 125)
Katakanlah: “Apakah selain Allah aku jadikan sebagai wali, pencipta langit dan bumi dan dia memberi makan dan tidak diberi makan? Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah untuk menjadi orang yang pertama menjadi islam. Dan janganlah kamu menjadi di antara orang-orang yang musyrik. (QS. 6 ayat 14)
Dan sesungguhnya di antara kami orang-orang yang muslim dan dari kami orang-orang yang qasith. Maka siapa yang menjadi islam, maka mereka itu telah memilih kecerdasan. (QS. 72 ayat 14)
* Islam adalah din / agama alam, dimana langit dan bumi beserta isinya pun menjadi Islam kepada Allah.
* Islam mengajarkan kepatuhan kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya dengan ikhlas dengan melakukan kebaikan. Lawannya adalah Qasith (banyak pertimbangan) dalam melakukan kebaikan.
* Islam adalah mengikut kepada millah Ibrahim sebagai imam yang diangkat oleh Allah.
* Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang selalu bersegera melaksanakan kebaikan dan tidak mempersekutukan Allah.
* Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang berakal dengan kata lain membuat seseorang itu cerdas dan berpetunjuk.
Sebagai din, Islam menjadi suatu aturan pokok yang mengatur segala aspek kehidupan agar lebih terarah kepada satu tujuan yang sama dengan mengenyampingkan masing-masing keinginan menuju kepada Allah, Zat Yang Maha Tinggi yang mengatur alam semesta ini. Peraturan itu, suka atau tidak suka harus ditaati.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad. Pendapat ini tidak salah, hanya saja untuk lebih lengkapnya, Islam itu adalah agama yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul termasuk Rasulullah Muhammad bahkan ia adalah agama seluruh alam. Agama yang lebih menitik beratkan kepada ketaatan, kedamaian, dan keikhlasan. Inti daripada Islam adalah Jihad. Jihad tidak seperti yang kita sangka selama ini melawan dengan kekerasan atau berperang dengan orang-orang non Islam, atau orang-orang Islam yang tidak sealiran sehingga kesan daripada Jihad sesuatu yang heboh dan menyeramkan.
Jihad berasal dari kata jaahada. Tashrifnya adalah jaahada, yujaahidu, mujaahadatan / jihaadan, mujaahidun, mujaahadun, jaahid, laa tujaahid, mujaahadun, mujaahadun, juuhida, yujaahadu. Jaahada artinya bersungguh-sungguh dan mashdarnya adalah jihaadan yang artinya kesungguhan. Jadi makna jihad sebenarnya adalah kesungguhan. Jihad fii sabiililllah artinya kesungguhan di jalan Allah. Berperang pada zaman Rasulullah dahulu adalah karena memang zamannya dimana perang diperlukan untuk mempertahankan dan memperjuangan agama serta membela hak-hak yang tertindas. Itupun kalau mereka diperangi dan ditantang untuk berperang oleh orang-orang yang kafir. Kalau tidak, Islam lebih menyukai perdamaian sesuai dengan namanya. Jihad tidak melulu diartikan perang. Disaat kita melaksanakan ibadah dengan serius, khusyu, dan sungguh-sungguh, maka itu disebut sedang berjihad fii sabilillah. Ketika kita mulai kehilangan pegangan hidup, merasakan hampa yang sangat, beragama hanya ikut-ikutan dan tidak mengetahui tujuan dan makna agama sebenarnya, kita ingin sekali mencari kebenaran dan berusaha untuk mencarinya, maka itu juga disebut dengan berjihad.
Dan berjihadlah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benar jihad. Dia telah memilih kamu dan Dia tidaklah menjadikan atas kamu suatu kesempitan dalam din, millah bapak kamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu orang-orang muslim dari sebelumnya dan di dalam Al-Qur'an ini, supaya Rasul menjadi saksi atas kamu dan kamu menjadi saksi atas manusia, maka dirikanlah shalat, berikanlah zakat, dan berpegang teguhlah dengan (tali) Allah. Dia adalah Pemimpinmu, maka Dia sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong. (QS. 22 ayat 78)
Dan siapa yang membenci millah Ibrahim tidak lain ia adalah orang yang membodohi dirinya. Dan sesungguhnya Kami telah memilih dia (Ibrahim) di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Ketika Rabbnya berkata kepadanya: “Islamlah engkau!” Dia berkata: “Aku Islam kepada Rabb semua alam.
Dan Ibrahim berwasiat dengan millah itu kepada anak-anaknya dan juga Yakub. “Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih din itu, maka janganlah kamu mati melainkan kamu orang-orang Islam.
Ataukah kamu menjadi saksi ketika kematian hadir pada diri Yakub ketika dia berkata kepada anak-anaknya: “Apakah yang kamu abdi sesudahku?” Mereka berkata: “Kami mengabdi kepada Tuhan engkau dan Tuhan bapak engkau Ibrahim, Isma’il, dan Ishak; Tuhan yang satu dan kami Islam kepada-Nya. (QS. 2 ayat 130-133)
Berjihad (bersungguh-sungguh) adalah perintah Allah kepada kita untuk menemukan suatu kebenaran. Allah telah memilih kita semua dan memberikan suatu din yang sederhana dan tidak ada kesempitan di dalamnya, yaitu millah (keyakinan) Ibrahim. Dan bagi siapa yang mau menerima millah itu sebagai din, maka Allah menamakan dia sebagai orang Islam atau muslim karena millah Ibrahim itu adalah Islam. Suatu kebodohan apabila kita mengakui bahwa kita adalah orang-orang yang beragama Islam, tetapi kita berpaling dan tidak mengerti hakekat dari Islam sebenarnya dan tidak mengetahui apakah itu millah Ibrahim. Ibrahim adalah imam bagi seluruh manusia (QS. 2 ayat 124) dan Nabi Muhammad diperintah untuk mencontoh dan mengikuti Nabi Ibrahim (QS. 16 ayat 123)
Ibrahim telah mewasiatkan Islam sebagai millahnya kepada anak-anaknya, kemudian diikuti oleh Yakub yang juga berwasiat kepada anak-anaknya tentang millah Ibrahim itu hingga sampailah kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad membawa wasiat itu kepada umatnya hingga sampailah kepada kita semua.
Dia telah mensyariatkan untukmu dari din itu apa yang telah Dia wasiatkan dengannya Nuh, dan yang telah Kami wahyukan kepada engkau, dan apa yang telah Kami wasiatkan dengannya Ibrahim, Musa, dan Isa bahwa: "Luruskanlah din itu dan janganlah kamu kamu berpecah di dalamnya. Amat berat atas orang-orang yang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya. Allah memilih kepadanya siapa yang Dia mau dan menunjuki kepadanya siapa yang kembali. (QS. 42 ayat 13)
Allah mensyariatkan kepada Nabi Muhammad
• Seperti yang diwasiatkan kepada Nuh
• Al Qur’an yang diwahyukan kepadanya
• Seperti yang diwasiatkan kepada Ibrahim
• Seperti yang diwasiatkan kepada Musa
• Seperti yang diwasiatkan kepada Isa
Isinya: LURUSKAN DIN DAN JANGAN BERPECAH-PECAH
Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepada engkau sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya, dan Kami telah mewahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya; Isa, Ayub, Yunus, Harun, Sulaiman, dan Kami telah memberikan Zabur kepada Daud. Dan rasul-rasul yang sungguh Kami telah kisahkan atas engkau sebelumnya dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan atas engkau. Dan Allah berbicara kepada Musa suatu pembicaraan. Rasul-rasul pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada hujjah bagi manusia atas Allah sesudah rasul-rasul. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Menghukum. (QS. 4 ayat 163-165)
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Nuh
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada nabi-nabi sesudahnya
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ibrahim
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Isma’il
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ishak
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Yakub dan anak keturunannya
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Isa
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Ayub
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Yunus
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Harun
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada Sulaiman
Kami memberikan kitab kepada Daud
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada rasul-rasul yang Allah kisahkan
* Seperti Allah memberikan wahyu kepada rasul-rasul yang tidak Allah kisahkan
Allah berbicara kepada Musa suatu pembicaraan
* Rasul-rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan agar tak ada hujjah manusia atas Allah sesudah diutus rasul-rasul
Tugas para rasul adalah sama. Mereka sama-sama membawa risalah dari Allah yang intinya adalah sama, mengajak beribadah kepada Allah satu-satunya Tuhan dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu; baik itu nafsu dirinya maupun nafsu kaumnya. Meskipun mereka diberikan kelebihan yang berbeda, itu hanyalah sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Tidak ada istilah nabi besar atau nabi kecil atau masing-masing diberikan gelar yang berbeda.
Katakanlah: “Kami beriman dengan Allah, dan apa yang telah diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya, dan apa yang diberikan Musa, Isa, dan apa yang diberikan nabi-nabi dari Rabb mereka, kami tidak membeda-bedakan salah seorangpun di antara mereka dan kami muslim kepada-Nya.. (QS. 2 ayat 137)
Katakanlah: “Kami beriman dengan Allah dan yang diturunkan atas kami dan yang diturunkan atas Ibrahim, Isma’il, Ishak, Yakub, dan anak keturunannya. Dan apa yang diberikan Musa, Isa, dan nabi-nabi dari Rabb mereka. kami tidak akan membeda-bedakan seorangpun dari mereka dan kami muslim kepada-Nya.. (QS. 3 ayat 84)
Seorang muslim adalah seseorang yang beriman dengan apa yang Allah turunkan dan tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul. Tidak menuhankan mereka atau tidak memuja dan memuji mereka seperti Tuhan. Karena mereka adalah manusia biasa yang tidak luput dari perbuatan salah. Mencontoh mereka adalah mencontoh sesuai ajaran yang mereka bawa dari Allah. Misal, mencontoh Nabi Musa adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Taurat. Mencontoh Nabi Isa adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Injil, dan mencontoh Nabi Muhammad adalah mencontoh sesuai dengan ajaran Al Qur’an. Kita wajib mentaati mereka selama tidak bertentangan dengan Kitab Allah.
Taurat dan Injil hanya diturunkan untuk suatu kaum tertentu, yang Allah telah ganti dengan sesuatu yang lebih baik yaitu sebuah kitab yang Maha Sempurna yang kita kenal dengan nama Al Qur’an. Lagipula Allah sudah menarik mereka dan menggantikannya dengan Al Qur’an sebagai risalah kaafatal linnaas (seluruh manusia).
Para nabi banyak yang terbunuh, kalimat itu kita bisa kita temukan dengan pernyataan Allah “Membunuh para nabi tanpa kebenaran ”. Mungkin kalimat itu akan kita artikan bahwa membunuh itu bukan secara fisik tetapi hanya kiasan saja, mengingkari dan menolak ajarannya sama artinya membunuh para pembawanya. Tetapi pernyataan ayat itu pasti ada kejadian aslinya waktu dahulu sedangkan kesimpulan yang kita ambil adalah pada masa sekarang.
Coba simak ayat di bawah ini yang berhubungan langsung dengan penyebutan Muhammad sebagai seorang nabi:
Dan Muhammad tidak lain adalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya para rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Dan siapa yang kembali ke belakang, maka sekali-kali dia tidak dapat menyusahkan Allah sedikitpun. Dan kelak Allah akan memberi balasan orang-orang yang bersyukur (QS. 3 ayat 144)
Muhammad yang disebut sebagai manusia; yang mempunyai gelar seorang nabi, bisa saja terbunuh dan juga para nabi yang disebut di dalam Al Qur’an. Sebagai manusia biasa, mereka bisa saja berbuat salah tetapi apabila mereka lurus dengan risalah yang dibawanya, pasti Allah menyelamatkannya. Begitupun para penyeru kebenaran dan keadilan. Apabila mereka berlaku lurus dengan apa yang dibicarakannya, pasti Allah akan menyelamatkannya.
Coba simak ayat-ayat di bawah ini:
NABI ADAM
Lalu syetan mengelincirkan mereka berdua dengan tipuan. Maka tatkala keduanya telah merasakan syajarah itu, nyata kepada mereka berdua aurat-aurat mereka dan keduanya mulai menempelkan atas mereka berdua di antara daun-daun surga. Dan Rabb mereka memanggil mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu dari syajarah itu dan Aku telah mengatakan kepada kamu, sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.
Mereka berdua berkata: “Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami dan jika engkau tidak memberikan ampun untuk kami dan memberi rahmat kepada kami, sungguh kami menjadi orang-orang yang rugi”. (QS. 7 ayat 22-23)
Dan Nuh menyeru Rabbnya, lalu dia berkata: “Sesungguhnya anakku dari keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau adalah benar dan engkaulah Hakim yang paling menghukum.
Dia berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah keluarga engkau. Sesungguhnya amalnya tidak saleh. Maka janganlah engkau meminta kepadaKu apa yang tidak ada ilmu bagi engkau tentangnya. Sesungguhnya Aku mengajarkan engkau supaya tidak menjadi di antara orang-orang bodoh. (QS. 11 ayat 45-46)
Wahai Ibrahim, berpalinglah tentang ini! Sesungguhnya telah datang perintah Rabb engkau dan sesungguhnya akan datang kepada mereka azab yang tidak dapat ditolak. (QS. 11 ayat 76)
Sesungguhnya telah ada untukmu contoh yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. Ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu abdi selain Allah. Kami kafir denganmu dan telah nyata antara kami dan antaramu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kamu beriman dengan Allah satu-satunya” kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sungguh aku akan memintakan ampun untuk engkau dan aku tidak berkuasa untuk engkau dari siksa Allah sesuatupun. “Ya Rabb kami, atas Engkau kami bertawakal dan kepada Engkau kami bertaubat dan kepada Engkau tempat kembali”. (QS. 60 ayat 4)
Dan sesungguhnya benar-benar dia (perempuan) berhasrat terhadapnya dan dia (Yusuf) berhasrat terhadapnya, kalau sekiranya tidak melihat keterangan dari Rabbnya. Seperti itulah agar Kami memalingkan kejahatan dan fahsya darinya. Sesungguhnya dia di antara abdi-abdi kami yang ikhlas. (QS 12 ayat 24)
Kalau sekiranya dia (Muhammad) membuat kebohongan sebahagian perkataan-perkataan atas kami, sungguh Kami akan mengambil tangan kanannya, kemudian sungguh Kami akan memotong urat jantung darinya, lalu tidak ada di antaramu seorangpun yang menolong terhadapnya. Dan sesungguhnya Al Qur’an benar-benar tazkirah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 69 ayat 44-48)
Sebagai Nabi, mereka hanya manusia biasa yang bisa berbuat salah, tetapi sebagai seorang rasul, mereka terpelihara dengan risalah yang dibawa oleh mereka. Kenabian hanyalah posisi yang membedakan mereka dengan umatnya. Hanya kerasulan yang patut dicontoh dari mereka, yaitu disaat mereka menyampaikan risalah Allah, dengarkan dan taatilah mereka.
Allah mengabadikan nama beberapa nabi dan rasul di dalam Al Qur’an sebagai uswah dan ibrah buat umat-umat yang sesudahnya. Mereka adalah para nabi yang patuh kepada Allah (Islam), lurus, dan berhukum berdasarkan syari’at yang sama, yaitu syariat yang berdasarkan hukum Allah. Para nabi yang tidak menuhankan dirinya dan menganggap diri mereka terbesar di antara yang lain dan tidak ingin diagung-agungkan oleh umatnya.Tidak ada satupun nabi-nabi yang Allah sebutkan namanya di dalam Al Qur'an itu terbunuh, karena mereka diabadikan sebagai contoh buat umat-umat yang datang kemudian.
Tiadalah pantas bagi seorang manusia biasa yang Allah memberikan kepadanya Kitab, Hikmat, dan Kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia: “Jadilah kamu abdi-abdi untukku selain Allah.” dan akan tetapi: “Jadilah kamu rabbani karena kamu mengajarkan Kitab dan karena kamu adalah mempelajarinya? (QS. 3 ayat 79)
Bukanlah seorang Muslim, apabila dia membeda-bedakan para rasul dan menjadikan salah seorang dari mereka sebagai Tuhan; yang mereka anggap sebagai nabi sempurna melebihi nabi-nabi yang lain bahkan lebih dari manusia biasa; selalu mereka puja dan puji dan diyakini mampu melakukan pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan seperti, menolak bencana dari Allah kepada seseorang dan mengeluarkan orang dari neraka dengan syafa’at mereka. Bila itu terjadi pada kita, maka Allah mengatakan bahwa kita telah menjadi kafir setelah kita muslim!
* Tidak membedakan para nabi dan rasul (QS. 2 ayat 137, 3 ayat 84)
* Menolong agama Allah dan beriman dengan Allah (QS. 3 ayat 52)
* Mengajak kembali kepada kalimat yang sama yang tidak ada perselisihan di dalamnya, tidak mengabdi kecuali kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan tidak menjadikan salah seorang di antara kita sebagai Tuhan (QS. 3 ayat 64)
* Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya (QS. 3 ayat 102)
* Mengetahui isi Al Qur’an yang penuh dengan ilmu Allah dan tidak ada Tuhan lagi selainNya (QS. 11 ayat 14).
* Mau mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an (QS. 27 ayat 81, 30 ayat 53)
* Ikhlas menyerahkan diri dan ibadah kita kepada Allah dan tidak mepersekutukannya dengan yang lain (QS. 6 ayat 162-163)
* Selalu menjadi orang yang sabar (QS. 7 ayat 126)
* Tidak meminta bayaran / upah / tarif dalam menyampaikan seruan kepada Allah (QS. 10 ayat 72)
* Beriman kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya (QS. 10 ayat 84)
* Menjadikan Al Qur’an sebagai penjelas atas kehidupannya, sebagai petunjuk di dalam beragama, sebagai dasar kasih sayang, dan sebagai kabar gembira (QS. 16 ayat 89)
* Tidak sombong dan merasa dirinya hebat / tinggi (QS. 27 ayat 31)
* Beriman kepada Al Qur’an dan mengetahui kebenaran isinya (QS. 28 ayat 53)
* Menyeru kepada Allah dan selalu beramal saleh (QS. 41 ayat 33)
* Beriman dengan ayat-ayat Al Qur’an (QS. 43 ayat 69)
Surga adalah jaminan buat orang yang muslim, tidak perlu dibayangkan dan tidak perlu diminta. Allah akan memberikan buat kita, asal syarat-syarat yang di atas terpenuhi dan Al Qur’an adalah satu-satunya petunjuk untuk menuju kesana. Pelajarilah Al Qur’an dan laksanakanlah isinya, pasti kita akan menjadi seorang muslim sejati. Muslim yang berdiri di atas petunjuk yang benar. Bukan muslim keturunan atau ikut-ikutan. Percayalah, surga dan neraka adalah dua tempat yang berbeda tetapi lama tinggal di sana adalah sama yaitu: ABADI / SELAMA-LAMANYA. Tidak ada satupun orang yang bisa keluar dan mengeluarkan seseorang dari sana, meskipun dia adalah seorang nabi, termasuk juga Nabi Muhammad. Tetapi sayangnya pemikiran dan keyakinan kita telah ditutupi oleh angan-angan dan prasangka yang tidak jelas.
Coba kita perhatikan ayat di bawah ini dan renungkan serta bandingkan dengan kepercayaan kebanyakan orang yang menamakan diri mereka MUSLIM!
Apakah orang yang telah pasti atasnya kalimat azab, maka apakah engkau akan menyelamatkan orang yang di dalam neraka (QS. 39 ayat 19)
Tidak ada bagi engkau sedikitpun tentang urusan itu. Apakah Dia menerima taubat mereka atau Dia mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka orang-orang zhalim (QS. 3 ayat 128)
Orang yang muslim dan berbuat baik serta memelihara diri mereka dari perbuatan dosa, pasti Allah jamin masuk ke dalam jannah (surga). Lalu kenapa ada orang yang masuk neraka? Tentunya karena dia zhalim, meskipun dia seorang yang mengaku Islam dan mengucapkan syahadat (pengakuan) terhadap Allah dan rasul tetapi karena selalu berbuat dosa dan sedikit amal kebaikannya, maka syahadat itu tidak berguna, sama saja dengan syahadatnya Fir’aun.
Lagipula, apabila penghuni neraka bisa keluar, rasanya itu suatu keputusan yang tidak adil terhadap orang-orang yang beriman dan selalu memelihara dirinya dengan berbuat baik dan menjauhi dosa.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa di sisi Rabb mereka ada jannah-jannah yang penuh kenikmatan. Maka apakah pantas Kami menjadikan orang yang Islam seperti orang yang berdosa? Mengapa kamu ini? Bagaimana kamu berhukum? (QS. 68 ayat 34-36)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak masuk ke dalam jannah sehingga unta masuk ke dalam lubang jarum. Dan seperti itulah Kami membalasi orang-orang yang berdosa. (QS. 7 ayat 40)
Seorang nabi bukanlah Tuhan. Apabila Tuhan telah memutuskan sesuatu, maka seorang nabi tidak boleh keberatan atas keputusan itu dan tidak bisa merubahnya (QS. 33 ayat 38). Apabila Allah telah memutuskan seseorang masuk ke dalam neraka dan mengatakan bahwa mereka kekal di dalamnya, apakah nabi akan menolak keputusan itu dan berusaha untuk merubahnya? Bila memang terjadi apakah nabi seperti ini patut disebut nabi Muslim atau nabi yang patuh, taat, dan menerima keputusan Allah?
Rasulullah Muhammad ketika hidupnya, beliau pernah mengadu kepada Allah, sambil menangis sedih, karena itu Allah melarang beliau bersedih (QS. 5 ayat 41) bahkan sampai ingin bunuh diri (QS. 18 ayat 6, 26 ayat 3).
Dan rasul berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang ditinggalkan”. Dan seperti itulah Kami menjadikan bagi setiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabb engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong (QS. 25 ayat 30-31)
Apakah patut kita disebut orang yang mengikuti, mencintai, dan menghormati nabi / rasul apabila isi Al Qur’an ditinggalkan bahkan tidak mengetahui isinya? Tidak. Kita tidak patut disebut orang yang cinta kepada nabi melainkan musuh bagi para nabi!
Apabila kaumnya sudah meninggalkan Al Qur’an padahal nabi/rasulnya masih hidup, bagaimana setelah beliau wafat? Apakah kita akan mengikuti kebanyakan orang meskipun Al Qur’an tidak memerintahkannya?
Dan jika engkau mentaati kebanyakan orang di muka bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Mereka tidaklah mengikuti melainkan prasangka dan mereka tidaklah melainkan menduga-duga (QS. 6 ayat 166)
Marilah kita kembali kepada Al Qur’an, untuk mengkaji dan mengamalkan isinya agar kita menjadi muslim yang baik dan bisa masuk ke dalam surga.
Print halaman ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam.
Agama adalah masalah pribadi dengan Tuhan. Suka atau tidak suka, kebenaran tetap adalah kebenaran. Mau percaya atau tidak, kebenaran tetap adalah kebenaran. Carilah yang terbaik, setelah itu berserahdirilah kepada Tuhan. Tidak ada Tuhan kecuali ALLAH. Berkomentarlah dengan baik. Berikanlah dalil Al Qur'an atau hadits atau dengan ilmiah. Bukan dengan hawa nafsu atau kata-kata yang tidak layak. Maaf.. komentar dengan kata-kata yang tidak layak, tidak akan ditampilkan!