Setiap ada orang yang meninggal pasti dibacakan Al Quran terutama surat Yasin. Bukan itu saja, bahkan juga di atas kuburan. Bacaan-bacaan itu ditujukan buat orang-orang yang mati agar mereka diampuni, dimudahkan jalannya, diberikan kelapangan kuburannya, dan sebagainya. Pekerjaan yang mereka namakan ibadah itu dilakukan oleh kebanyakan umat muslim dan sebahagian lain ada yang menjadikannya sebagai profesi. Apalagi menjelang awal Ramadhan dan akhir Ramadhan. Kuburan-kuburan banyak dikunjungi orang sebagai suatu tradisi lama turun temurun yang tidak bisa ditinggalkan meskipun sampai saat ini mereka tidak tahu apa dasar agamanya mereka melakukan hal tersebut.
Yang mereka lakukan seperti nyekar atau nyadren adalah sebenarnya budaya animisme hindu-budha yang dilakukan sebagai sinkretisasi mereka di dalam Islam. Islam murni tidak mengenal istilah itu bahkan tidak ada dalilnya karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.
Saya tidak akan membahas tentang nyadren atau nyekar karena temanya tentang membacakan Al Qur'an buat orang yang mati. Jadi artikel ini akan membahas tentang hal-hal yang berkenaan dengan itu.
Surat Yasin yang mereka sebut sebagai jantungnya Al Qur'an sangat laku di pasaran. Dijadikan sebagai penolak bala, pembuka surga, mendatangkan ampunan, panjang umur, mudah rejeki, mudah jodoh, dan lain-lain. Padahal mereka tidak mengerti arti dan makna yang terkandung pada surat Yasin di antaranya adalah:
Dan Kami tidak mengajarkannya sya'ir dan tidaklah patut baginya. Al Qur'an tidak lain adalah zikr (peringatan) dan Bacaan yang menerangkan,
supaya dia (Muhammad) memberikan peringatan orang yang hidup dan pastilah perkataan azab itu atas orang-orang yang kafir. (QS. 36 ayat 69-70)
Menurut ayat di atas, Al Quran bukanlah sya'ir yang sekedar dibaca dengan suara merdu dan menyentuh hati sehingga menangis dengan bacaan itu, tetapi Al Qur'an adalah peringatan dan bacaan yang menerangkan yang harus diterjemahkan dan diterangkan isinya, sebagai suatu peringatan buat orang yang hidup yang bisa merubah dirinya setelah mendengar peringatan itu, bukan buat orang-orang yang mati.
Lalu mengapa dibacakan kepada orang yang mati baik yang belum dikubur maupun yang sudah?
Kalau tujuannya buat supaya mereka mendengar peringatan itu, maka Al Qur'an menjelaskan bahwa:
1. Kamu tidak bisa memperdengarkan orang yang mati (QS. 27 ayat 80, 30 ayat 52)
2. Kamu tidak bisa memperdengarkan orang yang di dalam kubur (QS. 35 ayat 22)
Kalau tujuannya supaya dia masuk surga dan mendapat ampunan dari Allah, maka Al Qur'an mengatakan bahwa orang yang sudah mati mendapatkan apa yang selama hidup dia sudah kerjakan. Apapun yang diberikan kepadanya setelah dia mati, semuanya tidak ada gunanya.
Itulah umat yang sungguh telah berlalu. Untuknya apa yang ia usahakan dan untukmu apa yang kamu usahakan. Dan kamu tidak akan ditanya tentang apa yang mereka kerjakan. (QS. 2 ayat 134, 141)
Allah tidak membebankan kepada seorang diri melainkan usahanya. Untuknya (balasan) apa yang dia usahakan. Dan atasnya (tanggung jawab) apa yang dia usahakan. “Ya Rabb kami, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa atau berbuat salah. Ya Rabb kami, dan janganlah Engkau memikulkan atas kami beban yang berat sebagaimana telah memikulnya orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami dan janganlah Engkau memikulkan kepada kami apa yang tak sanggup bagi kami dengannya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan sayangilah kami. Engkau wali kami, maka tolonglah kami atas kaum yang kafir. (QS. 2 ayat 286)
Seseorang yang berdosa tidak dapat memikulkan dosanya kepada orang yang lain.
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Rabb mereka dengan keghaibanNya dan mereka mendirikan shalat Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, maka dia hanyalah menyucikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. (QS. 35 ayat 18)
Apakah anak yang saleh bisa mendoakan bapak/ibunya yang tidak saleh agar dosanya diampuni dan masuk ke dalam surga?
Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu dan takutlah suatu hari yang seorang bapak tidak dapat membantu anaknya dan seorang anak tidak pula dapat membantu bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah kehidupan dunia menipu kamu dan janganlah penipu itu menipu kamu terhadap Allah. (QS. 31 ayat 33)
Ketika seseorang itu mati, maka semuanya terputus kecuali amal yang dia kerjakan buat dirinya. Tidak ada satupun yang bisa membantunya termasuk juga anak yang shaleh. Karena amal saleh yang dikerjakan oleh seseorang, maka pahalanya buat dirinya sendiri, bukan buat orang lain; yang hidup maupun yang mati.
Siapa yang beramal saleh, maka untuk dirinya dan siapa yang jahat, maka atasnya. Dan Rabb engkau tidaklah zhalim kepada abdi-abdi-Nya. (QS. 41 ayat 46)
Membaca atau membacakan Al Qur'an tidaklah berpahala apalagi hal tersebut ditujukan buat orang yang mati. Kalau hal itu dikerjakan, maka termasuk ke dalam ifrat. Apa yang kita lakukan itu hanyalah kesia-siaan belaka. Tetapi harapan dalam ucapan tidak dilarang. Seperti di dalam shalat kita berbicara: :"Ya Allah semoga engkau mengampuni dosa orang tuaku". Mengapa? Karena itu hanya ucapan baik kita, tidak ada unsur prasangka dan bid'ah melainkan sekedar harapan perkataan yang bisa juga ditujukan untuk orang yang hidup. Namun sengaja berdoa di kuburan, membacakan Al Qur'an, mengadakan kumpul-kumpul membacakan doa dengan sengaja supaya dosa-dosa si mati diampuni adalah tindakan yang dilarang karena tidak ada dasarnya dan itu adalah prasangka yang tindakannya adalah bid'ah. Allah melarang kita mengikuti hal-hal di dalam agama yang tidak ada keterangannya di dalam Al Qur'an (QS. 17 ayat 36)
Doa sekali-kali tidak dapat merubah nasib seseorang yang hidup apalagi yang mati. Membaca dan membacakan doa adalah sebagai suatu ketenangan hati bagi yang membaca atau dibacakannya. Begitu juga Al Qur'an. Membaca atau membacakan Al Qur'an tidak akan merubah nasib seseorang yang hidup maupun yang mati. Membaca atau dibacakannya adalah sebagai ketenangan hati dalam menghadapi segala cobaan atau sebagai dorongan jiwa untuk melakukan suatu hal yang baik. (QS. 9 ayat 103, 13 ayat 28). Kalau mau nasib berubah, disamping berdoa ya harus juga memperbaiki nasib dengan cara berusaha sebaik-baiknya.
Pujian itu kepunyaan Allah!
Print halaman ini
Membaca (Al-Quran) dan membacakan doa adalah sebagai suatu ketenangan hati bagi yang membaca atau dibacakannya. (nah itu tau.. he..he..he..)
BalasHapusIya benar..ketenangan buat orang yang hidup bukan buat orang yang mati. Karena orang yang mati sudah tenang menghadap Allah membawa amal perbuatan mereka.
BalasHapus