Jumat, 25 Desember 2009

MENYENTUH AL QUR'AN TIDAK PERLU BERWUDHU

Kebanyakan orang berpendapat bahwa menyentuh Al Qur'an harus berwudhu dahulu. Mereka mengambil dasar ayat : "Laa yamassuhuu illal muthahharuuna (Tidak menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan)".
Para ulama berselisih tentang ayat itu. Ada sebahagian yang mengatakan bahwa dengan dasar ayat tersebut, tidak boleh menyentuh Al Qur'an kecuali orang-orang yang suci. Suci menurut mereka adalah mempunyai wudhu. Sedangkan sebahagian ulama mengatakan bahwa tidak mengapa menyentuh Al Qur'an dengan tidak berwudhu, karena yang dimaksud dengan kitab yang terpelihara itu adalah bukan Al Qur'an melainkan kitab "Lauhul mahfudz" yang berada di alam ghaib sana yang tidak dapat menyentuhnya, melainkan orang-orang suci yakni para malaikat. Bagaimana menurut Al Qur'an?

Sebelum kita membahas, baiklah kita tulis ayat tersebut dengan lengkap.

Maka sungguh, aku bersumpah dengan tempat-tempat jatuhnya bintang-bintang.
Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah sekiranya kamu mengetahui,
sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar Qur'an yang mulia,
dalam sebuah kitab yang ditutup,
tidak menyentuhnya melainkan orang-orang yang dibersihkan. (Qs. 56 ayat 75-79)

Sebelum Allah menjelaskan tentang kemuliaan dan kesucian Al Qur'an, terlebih dahulu Allah bersumpah untuk menguatkan penjelasan yang akan dijelaskan mengenai Al Qur'an.
Al Qur'an adalah sebuah bacaan. Sebuah bacaan mulia, bukan bacaan biasa. Di dalam Al Qur'an berisi petunjuk, penjelasan, dan falsafah hidup. Bacaan mulia itu tersimpan di dalam sebuah kitab yang tertutup. Hanya orang-orang tertentu yang mampu memahami Al Qur'an, di antaranya adalah orang-orang yang disucikan. Sebanyak 114 surat dan 6236 ayat, mampukah Al Qur'an menjelaskan detail kehidupan manusia yang beraneka ragam perbedaan dan memberikan jawaban bagi setiap pertanyaan dan persoalan hidup? Hanya kelapangan hati dan ketidakraguan kita yang akan menjawab bahwa Al Qur'an adalah sebuah kitab sempurna yang dihadirkan untuk semua alam yang tanpa melihat perbedaan bentuk, status, dan kedudukan Al Qur'an dapat dipelajari dan dipraktekkan oleh siapa saja dengan mudah dalam kehidupan. Namun bila kesempitan hati dan keragu-raguan kita senantiasa mendahului sebelum mulai untuk mempelajarinya, maka Al Qur'an hanyalah sebuah kitab kuno yang penjelasannya sempit dan bergantung kepada pemikiran-pemikiran, gagasan-gagasan, keinginan, dan prasangka orang-orang dahulu.
Al Qur'an menjelaskan perjalanan hidup manusia, merangkum setiap kejadian dengan telitinya, dan dengan hebatnya menyaring dan memilih hikmah terbaik yang selalu dan pasti dilakukan oleh manusia dari dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang. Semua nikmat dan hikmat yang tersembunyi di dalam Al Qur'an tidak akan pernah tersentuh oleh akal dan hati kita apabila akal dan hati kita selalu dipenuhi dengan keinginan-keinginan duniawi yang akhirnya membawa kebusukan dan borok sehingga diri kita menjadi orang yang kotor. Bagaimana kita bisa menyentuh Al Qur'an dan bagaimana kita bisa tersentuh dengan kemuliaan Al Qur'an jika hati kita penuh dengan penyakit yang membuat diri kita kotor tersebut?

Al Qur'an menyebutkan kata thaharah sekitar 31 kali dengan 19 perubahan kata. Kata Thaharah yang disebutkan di dalam Al Qur'an mengandung makna 2 macam :

1. Thaharah artinya bersih secara jasmani

Bersih dari haid (QS. 2 ayat 222)
Bersih dengan wudhu, tayammum, dan mandi (QS. 5 ayat 6)


2. Thaharah artinya bersih secara rohani

Bersih dan suci harta yang kita makan dengan zakat (QS. 9 ayat 103)
Kekafiran dan lebih menghendaki kesesatan akan mengotori hati (QS. 5 ayat 41)
Mesjid salah satu untuk membersihkan hati (QS. 9 ayat 108)
Sebelum mendengarkan materi dakwah (ceramah), bersedekah dahulu adalah lebih baik dan lebih bersih (QS. 58 ayat 12)
Beberapa cara penghuni rumah (perempuan) menghilangkan rijs dan supaya bersih (QS. 33 ayat 32-34)
Di dalam syurga ada pasangan-pasangan yang dibersihkan (QS. 2 ayat 25, 3 ayat 15, 4 ayat 57, 80 ayat 14, 98 ayat 2)

Bersih yang dimaksud yang yang dapat menyentuh Al Qur'an adalah bersih hati. Mengapa pasangan-pasangan di surga dikatakan sebagai pasangan yang dibersihkan? Karena pandangan mereka itu pendek/menunduk atau dalam tafsir kehidupan, mereka tidak pernah muluk-muluk, terlalu banyak keinginan, selalu sederhana, tidak pernah berkhayal tentang kesenangan tinggi-tinggi. Sedangkan tidak pernah tersentuh oleh manusia dan jin ditafsirkan dalam kehidupan saat ini, mereka tidak mempunyai sifat keduniawian dan keserakahan. (QS. 55 ayat 56).
Karena Al Qur'an adalah kitab suci dan mensucikan, maka Al Qur'an hanya bisa masuk ke dalam hati-hati yang bersih.
Buanglah rasa keraguan terhadap Al Qur'an, kedengkian, kesombongan, kebencian, prasangka buruk, amarah, dan lain-lain penyakit hati, insyaallah dengan cara seperti itu kita akan mengerti dan merasakan nikmat dan hikmat Al Qur'an

Menyentuh Al Qur'an tidak perlu berwudhu, karena berwudhu hanya dilakukan kalau hendak mendirikan shalat (idzaa qumtum ilash shalaat...) tetapi kalau tangan kita sedang kotor (tanah, lumpur, dan lain-lain) ya harus cuci tangan dahulu.


Pujian itu kepunyaan Allah!



Print halaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam.
Agama adalah masalah pribadi dengan Tuhan. Suka atau tidak suka, kebenaran tetap adalah kebenaran. Mau percaya atau tidak, kebenaran tetap adalah kebenaran. Carilah yang terbaik, setelah itu berserahdirilah kepada Tuhan. Tidak ada Tuhan kecuali ALLAH. Berkomentarlah dengan baik. Berikanlah dalil Al Qur'an atau hadits atau dengan ilmiah. Bukan dengan hawa nafsu atau kata-kata yang tidak layak. Maaf.. komentar dengan kata-kata yang tidak layak, tidak akan ditampilkan!